Jumat, 18 Desember 2009

Mengenali Kesalahan dan Kelemahan Diri

Source: http://www.al-ikhwan.net

Allah SWT berfirman:

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“……maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci, Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (An-Najm:32).

Mengetahui dan menyadari kesalahan adalah awal kebaikan. Sementara merasa benar terus adalah awal dari kehancuran. Kesalahan memang merupakan tabiat manusia, namun tidaklah bijaksana bila kita terus menerus melanggengkan kesalahan apalagi mewariskannya kepada binaan-binaan atau anak-anak kita.

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”. (An-Nisa:9)

Ayat diatas mengingatkan kita adanya keterkaitan yang erat antara kuat atau lemahnya generasi penerus dengan ketakwaan dan kebenaran ucapan orang tua atau pembina. Oleh karena itu sepantasnyalah kita selalu mawas diri jangan sampai kita mewariskan keburukan kepada penerus-penerus kita.

Hendaklah kita menjadi pribadi yang malu bila berbuat salah. Malu kepada Allah dan malu kepada orang-orang beriman. Tidak cukup sekadar mengetahui bahwa diri kita salah, tetapi kita begitu manja meminta permakluman dari Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Yang harus kita lakukan bukan hanya menjauhi kesalahan-kesalahan yang besar dan fatal tetapi juga berusaha menghindarkan diri dari kekeliruan-kekeliruan kecil. Sebab apapun bentuknya bila kita sadar melakukan kesalahan tetap saja itu merupakan dosa.

Siapa pun kita pasti pernah terjatuh pada kesalahan. Tugas kita adalah memohon ampun dan bertaubat kepada Allah. Untuk kesalahan pada sesama manusia tentu saja kita harus meminta maaf lebih dulu kepada mereka. Jangan gengsi untuk mengakui kesalahan. Jangan sampai kita berbohong untuk membela kesalahan kita. Apalagi kita berargumen untuk membela kesalahan tersebut dan meminta orang lain menganggap bahwa kesalahan kita adalah kebenaran, na’udzubillahi min dzalik.

Allah paling mengetahui tentang diri kita dan melebihi pengetahuan kita. Maka janganlah kita merasa diri kita bersih dan merasa diri paling benar. Kalaupun kita benar dan orang lain salah kita tidak boleh melecehkan kesalahannya. Kalau kita tidak ingin aib kita dibuka orang lain maka jangan buka aib orang lain. Meluruskan diri sendiri dan orang lain tidak perlu dengan cara membuka aib. Cukuplah kita meminta ampun kepada Allah dan melakukan langkah-langkah perbaikan yang lebih menjaga kehormatan diri dan orang lain. Terkadang ada orang yang karena kesalahannya terlanjur dibeberkan menjadi malu dan bersikap antipati, bukan hanya kepada yang membeberkan tetapi juga kepada wadah di mana si pembeber aib bernaung.

“Janganlah karena engkau orang jadi benci terhadap Islam” (Al Hadits).

Kebenaran harus diperjuangkan dengan cara yang benar pula,

الغاية لا تبرر الوسيلة

(tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara).

Jadi masalahnya bukan tidak boleh mengungkap kesalahan orang lain, tapi bagaimana caranya agar pengungkapan itu tidak membawa dampak negative bagi yang bersangkutan: menghalanginya dari jalan Allah. Teruslah memperjuangkan kebenaran. Jantanlah mengakui kesalahan dan bijaksanalah dalam meluruskan kesalahan orang lain. Keberhasilan berawal dari kesadaran akan kesalahan, sehingga setiap pribadi senantiasa terus memperbaiki diri menuju kepada kesempurnaan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah:208)

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ. وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran:133-135)

Ikhwan dan akhwat fillah…

Dalam sirah mencatat akan pengakuan seorang wanita Al Ghamidiyah yang telah terjatuh kepada perzinahan. Bukan hanya sekadar mengaku tetapi wanita tersebut ingin bertaubat dan minta dirajam. Saat itu Rasulullah menyuruh wanita tersebut melahirkan dan menyusui dulu anak dari hasil perzinahan tersebut. Setelah si anak sudah disapih barulah dilaksanakan hukum rajam. Dalam peristiwa itu terucap dari lisan Rasul bahwa wanita tersebut dijamin masuk surga.

Hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah betapa dengan pemahaman yang seadanya saja seseorang berani mengakui kesalahannya. Maka sepantasnyalah mereka yang memiliki pemahaman yang dalam lebih bersikap kesatria mengakui kesalahannya. Tidak cukup sekadar mengakui kesalahan tetapi harus dilanjutkan dengan taubat, kembali kepada kebenaran. Bila mengakui kesalahan tetapi tetap berkubang di kemaksiatan bagaikan kuda nil yang berkubang di lumpur kotor dan bau.

Bertaubat berarti mau membersihkan diri, bersedia dihukum dan siap melakukan hal-hal yang dapat menghapus kesalahannya. Rajam adalah salah satu bentuk hukuman sekaligus penyucian. Dan tentu saja harapan utama yang ingin dicapai adalah keridhaan Allah dan surganya. Bagi yang berwenang untuk melaksanakan hukuman tentu harus bijaksana sebagaimana Rasul. Jangan jijik dan sinis mengetahui kesalahan orang lain. Hantarkan kesalahan orang menuju kepada taubatnya. Mengantarkan si salah untuk meraih surga. Bukan membuat dia putus asa, mengurung diri atau, na’udzubillahi min dzalik, bunuh diri.

Kalau kita ingin orang lain memaklumi kesalahan kita dan memberi kesempatan kita untuk berbenah diri maka kita juga harus mau memaklumi kesalahan orang lain dan memberinya kesempatan bertaubat.

Berkenaan dengan sosialisasi penjatuhan sanksi seyogyanya ikhwan dan akhwat fillah memandangnya sebagai sarana bersuci. Inilah kesempatan untuk lebih menyelami arti haasibuu anfusakum qabla antuhaasabuu.

Kita bahkan harus merasa dibantu oleh saudara-saudara kita lewat program tersebut. Tentunya program ini berlaku bagi semua. Tidak ada yang kebal hukum. Fatimah pun kalau mencuri pasti dipotong tangannya oleh Rasul. Maka di manapun posisi kita dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus berani mengakui kesalahan, dan tentu saja juga siap dikenakan sanksi. Namun jangan kaget bila ada orang yang kita hormati atau kita kagumi suatu ketika juga terkena sanksi. Itu manusiawi. Bahkan itu menunjukkan kematangan tokoh kita tersebut (mau mengakui kesalahannya). Semua benda yang tidak steril (bukan nabi) pasti berdebu, pasti punya salah dan dosa. Maka jangan kita biarkan debu itu melekat, mari sama-sama bersihkan dengan semangat bersuci diri.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan merugilah orang yang mengotorinya”(As-Syams: 9-10)

Betapa kita menyadari seringkali kita gagal untuk terus bertahan dalam kebaikan. Mungkin itu disebabkan karena kita terlalu menganggap remeh kesalahan atau terlalu memanjakan diri dengan sifat Allah yang Maha Pengampun. Dengan penjatuhan sanksi kita terbiasa untuk lebih waspada terhadap kesalahan. Hukuman manusia masih begitu ringan. Terkadang masih terbalut dengan rasa kasihan dan permakluman. Semoga dengan terbiasa menjaga diri agar terhindar dari penjatuhan sanksi insya Allah akan mengantarkan kita untuk terbiasa menghindari dosa agar selamat dari azab Allah nanti di yaumil akhir.

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ

“Maka barang siapa yang dijauhkan dari siksa neraka dan dimasukkan ke dalam surga sungguh sangat beruntunglah ia” (Ali Imran:185).

At Tarbiyah Adz Dzatiyah (Membina Integritas Diri)

Source: http://www.al-ikhwan.net

Tabiat dakwah ini berkembang dan menyebar ke berbagai pelosok alam semesta. Karena misi dakwah ini adalah menyebarkan rahmat bagi dunia untuk seluruh umat manusia (Al Anbiya: 107).

Dengan begitu dakwah menjadi hak semua orang agar mereka meraih hidayah Allah SWT. Amatlah pantas semua kalangan mendapatkan nikmat dakwah. Atau paling tidak, semua manusia dapat merasakan rahmatnya ajaran ini. Akan tetapi kondisi semacam itu akan sangat dipengaruhi oleh kualitas kepribadian para penyeru dan aktivis dakwah.

Aktivis dakwah yang dapat memandu ajaran ini agar berkembang dan tersebar luas ke segenap pelosok bumi adalah mereka yang mampu meningkatkan integritas dirinya. Peningkatan diri kader dakwah selaras dengan berkembangnya dakwah yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka. Pengembangan dan peningkatan integritas diri bagi aktivis dakwah dikenal dengan sebutan Tarbiyah Dzatiyah (Pembinaan Integritas diri)

Kemampuan tarbiyah dzatiyah setiap kader akan menjadikan mereka mempunyai daya tahan terhadap berbagai ujian dan cobaan dakwah. Ia tidak mudah futur (malas-malasan), ia tidak mudah kendur semangat juangnya, ia tidak jumud dalam pemikirannya, ia pun tidak bingung menjawab berbagai tuduhan miring bahkan ia mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang menghadangnya. Ia tidak akan menjadi kader yang “keder” lantaran selalu bersikap menunggu ‘intruksi atasan’ atau ‘menurut petunjuk murabbi’.

Dengan sikap itu kader dakwah tidak sangat bergantung pada bayanat pusat atau qararat qiyadah. Melainkan ia mampu mengembangkan dakwah sebagaimana mestinya. Dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

Utusan-utusan Rasulullah SAW. telah membuktikan dirinya dalam mengembangkan dakwah di berbagai tempat. Mereka dapat bertahan sekalipun jauh dari Rasulullah SAW. dan komunitas muslim lainnya. Ja’far bin Abi Thalib diantaranya. Dia dan sahabat lainnya dapat tinggal di Habasyah dalam waktu yang cukup lama. Sekalipun mereka sangat merindukan berkumpul bersama dengan saudara muslim lainnya. Mereka dapat mempertahankan dirinya dalam keimanan dan ketaqwaan. Begitu kuatnya daya tahan mereka hidup bersama dakwah jauh dari saudara-saudaranya yang lain dalam waktu yang cukup lama. Hingga Rasulullah SAW. begitu bangga terhadap mereka di saat mereka pulang ke Madinah. Beliau menyatakan, ‘Aku bingung apa yang membuat senang diriku, apakah karena menangnya kita di Khaibar ataukah kembalinya kaum muslimin dari Habasyah?.

Demikian pula Mush’ab bin Umair sebagai duta Islam pertama dapat mengembangkan dakwah di Madinah dan berhasil membangun masyarakat di sana. Mush’ab sebagai guru pertama di Madinah dapat memperluas jaringan dakwah dan kadernya. Sehingga tempat itu menjadi basis komunitas umat Islam di kemudian hari. Dan menjadi mercusuar peradaban Islam.

Begitulah kepribadian kader dakwah yang mumpuni dalam mengemban amanah mulia. Mereka dapat menunaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Lantaran tarbiyah dzatiyah yang ada pada diri mereka. Malah banyak tugas-tugas lain dapat diselesaikannya dengan nilai cumlaude.

Sebaliknya kader dakwah yang tidak mampu meningkatkan integritas dirinya cenderung linglung. Bahkan mungkin akan menimbulkan kegaduhan dalam kerja dakwah. Sebagaimana ungkapan pujangga lama

‘Al ‘Askarul ladzi tasuduhul bithalah yujidul musyaghabati,

kader yang tidak punya kemampuan untuk berbuat sesuatu sangat potensial membuat kegaduhan dalam kerja dakwah’.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (Al Anfal: 27)

Asy Syakhshiyah Al Islamiyah Al Mutaharikah (Kepribadian Aktifis Islam)

Tidak dipungkiri bahwa Tarbiyah Dzatiyah menjadi kepribadian aktivis Islam. Bahkan Rasulullah SAW. menilai hal ini sebagai prasyarat untuk para duta Islam dalam mengembangkan dakwah. Karenanya hal ini menjadi point dalam fit and profer-test bagi mereka yang akan menjalani tugasnya. Sehingga seseorang yang diutus ke suatu tempat, Nabi SAW. mempertimbangkan kemampuannya dalam pengembangan integritas dirinya.

Hal ini sebagaimana yang dipertanyakan Rasulullah SAW. pada Mu’adz Bin Jabal saat akan diutus ke Yaman.

‘Wahai Mu’adz, bila kamu berada di tempat yang baru nanti, jika menemukan suatu persoalan apa yang akan kamu putuskan. Mu’adz menjawab, aku akan putuskan berdasarkan kitab Allah. Rasulullah SAW. pun melanjutkan, bila tidak kamu temukan pada kitab Allah, dengan apa kau putuskan. Jawab Mu’adz, aku akan tetapkan berdasarkan Sunnah Rasulullah. Nabi SAW. kemudian menanyakan kembali, bila tidak juga kamu dapati di dalamnya, apa yang akan kamu lakukan. Mu’adz menjawab, aku akan putuskan dengan akal pikiranku (ijtihadku)’. Ternyata jawaban Mu’adz sangat memuaskan hati Rasulullah SAW. Malah beliau memandang bahwa kualitas Mu’adz sudah memadai untuk mengemban tugas mulia tersebut.

Kapabilitas yang semacam itu diharapkan mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang selalu muncul di lapangan dakwah. Sehingga ia tidak selalu menyerahkan masalah itu pada qiyadah dakwah ataupun kader lainnya. Dengan kemampuan itu kader dakwah tidak gamang dalam mensikapi berbagai urusan yang terkait dengan tanggung jawabnya.

Karena tanpa sikap itu persoalan dakwah akan bertambah pelik dan menambah beban qiyadah. Telah sering kita dengar qiyadah dakwah mengarahkan agar kader tidak selalu mengandalkan jawaban dari pusat atau menunggu bayanatnya. Melainkan mereka perlu mensikapi dengan cepat apa yang mesti diambil sikapnya untuk menuntaskan suatu permasalahan.

Meski demikian kitapun perlu melihat koridornya agar tidak terjebak dalam membebaskan diri untuk selalu bersikap di luar kendali qiyadah. Karena ini pun akan menimbulkan kekisruhan dalam struktural kendali dakwah. Seperti sikap Huzaifah ibnul Yaman sewaktu ditugaskan Rasulullah SAW. masuk ke barisan musuh. Huzaifah mendapati Abu Sufyan sedang memanaskan tubuhnya karena udara dingin. Saat itu Huzaifah mampu untuk membunuhnya, akan tetapi ia teringat pesan Rasulullah SAW. bahwa tugasnya waktu itu adalah memperhatikan kondisi musuh dan mengabarinya kepada Rasul. Sehingga ia urung untuk membunuhnya walau kesempatan itu ada di hadapannya..Karena itu perlu menempatkan secara imbang terhadap permasalahan ini.

Peningkatan integritas diri dan mematuhi rambu-rambu qiyadah.

Yang lebih berbahaya lagi bagi kader dakwah adalah bila tidak memiliki keduanya. Syaikh Hamid ‘Asykariyah menegaskan, bahwa ‘mereka yang sudah tidak punyai kebaikan (peningkatan integritas diri dan mematuhi rambu-rambu qiyadah). Mereka telah kehilangan kesadaran terhadap kemuliaan dakwah dan kepunahan prilaku taat pada qiyadah. Siapa yang telah kehilangan dua hal ini, maka mereka tidak ada gunanya tetap berada dalam barisan dakwah bersama kita.

Ada’u Mutathallibatil Manhaj (Menyelesaikan Tuntutan Manhaj)

Manhaj dakwah memberikan ruang yang banyak untuk sarana tarbiyah agar dapat merealisasikannya seoptimal mungkin. Baik melalui liqaat tarbawiyah, daurah, seminar, mukhayyam ataupun tarbiyah dzatiyah. Untuk mengaplikasikan manhaj dakwah yang begitu banyak dan padat tidaklah memadai dengan sarana tarbiyah regular. Karena keterbatasan alokasi waktu maupun keterbatasan Murabbi dalam menyelesaikan tuntutan manhaj. Maka tarbiyah dzatiyah menjadi sarana untuk menyelaraskan tuntutan manhaj tersebut.

Oleh karena itu perlulah dipahami dengan benar pada setiap kader dakwah agar dapat melakukan tarbiyah dzatiyah dalam dirinya. Hal ini akan sangat membantu mengaplikasikan nilai-nilai tarbawiyah secara maksimal. Dan dapat mencapai arahan manhaj yang menjadi acuan dakwah untuk mewujudkan kader yang siap meringankan perjalanan dakwah ini. Bila masing-masing kader sibuk untuk merealisaikan manhaj dalam dirinya sebagaimana tuntutan manhaj maka semua kader akan aktif dengan berbagai program dan kegiatannya.

Syaikh Abdul Halim Mahmud menyatakan bahwa tarbiyah dzatiyah merupakan tuntutan manhaj dakwah ini. Baik dalam arahannya agar menjadi kader dakwah yang sigap dan tanggap dalam menyambut tugas dakwah. Juga dalam muatannya yang tidak dapat diberikan secara kolektif karena berbagai pertimbangan. Namun dituntaskan secara personal dengan peningkatan kemampuan tarbiyah dzatiyah. Sehingga tampilah kader yang siap go publik dengan Allah SWT di jalan dakwah ini.

Tarqiyatu Ath Thaqah Adz Dzatiyah (Peningkatan Potensi Diri)

Peran serta kader terhadap dakwah sangatlah dimarakkan agar mereka dapat memberikan kontribusinya dan menjadi bagian dari dakwah. Kader yang dapat melakukan hal ini adalah mereka yang memahami betul potensi dirinya. Potensi yang dapat bermanfaat bagi perjalanan dakwah.
Menajamkan potensi diri kader menjadi aktivitas rutin. Seyogyanya semakin hari semakin tajam potensi yang dimilikinya. Grafik potensinya selalu naik seiring perjalanan waktu. Sebagaimana yang dialami para pendahulu dakwah. Mereka senantiasa berada dalam kondisi puncak setiap bergulirnya waktu.

Imam Ibrahim Al Harby selalu mengomentari sahabat-sahabatnya dengan ungkapan istimewa, katanya, ‘Aku sudah bergaul dengan fulan bin fulan beberapa waktu, siang dan malam. Dan tidak aku jumpai pada dirinya kecuali ia lebih baik dari kemarin’.

Layaknya aktivis dakwah dapat mengembangkan diri agar potensi yang dimilikinya betul-betul dapat didayagunakan seoptimal mungkin. Sehingga mereka bisa berada di garis terdepan. Bahkan sepatutnya dalam kondisi lebih baik dari hari-harinya yang telah lewat. Kondisi yang prima dan selalu lebih baik dari kemarin akan membuatnya istijabah fauriyah (dapat memenuhi panggilan dakwah dengan cepat) yang semakin komplek tuntutannya. Dengan potensi yang demikian, kader dakwah dapat menempati lini yang beragam dalam tugas mulia ini. Karenanya tarbiyah dzatiyah adalah upaya untuk meningkatkan dan menajamkan seluruh potensi kader dakwah yang beragam.

Adapun aspek-aspek yang perlu ditingkatkan kader dakwah dalam tarbiyah dzatiyah terhadap dirinya meliputi:

1. Ar Ruhiyah (Spiritual)

Sudah menjadi kebiasaan bagi para kader untuk dapat meningkatkan ketahanan ruhiyahnya. Sehingga ia tidak lemah dalam mengemban tugas mulia. Ruhiyah yang kokoh menjadi variable yang sangat menentukan.

Bila perlu setiap kader memiliki program personal dalam menjaga ketahanan ruhiyah. Seperti merutinkan diri untuk shalat berjamaah di mesjid, shaum sunnah, qiyamullail, sedekah, ziarah kubur ataupun aktivitas lainnya yang berdampak pada kesehatan ruhaninya.

Dengan upaya itu insya Allah maknawiyah kader tidak ringkih dan kendur. Kondisi maknawiyah yang rapuh akan berdampak negatif bagi dirinya dalam menjalankan tugas dakwah. Disamping itu, tampaknya para kader perlu mencermati naik turunnya ruhaniyah diri mereka sendiri. Bahkan sedapat mungkin mempunyai patokan yang terukur agar dapat dievaluasi dengan seksama baik melalui orang terdekat (murabbi, pasangan, teman) ataupun cukup diri sendiri.

Ambillah pelajaran dari sikap para sahabat dalam mentarbiyah ruhiyah mereka masing-masing. Ada yang selalu menjaga keadaan diri agar selalu dalam keadaan berwudlu’. Ada pula yang senantiasa mengunjungi orang yang sedang mengalami cobaan hidup. Ada juga yang berziarah ke makam, dan upaya lainnya.

Camkanlah nasehat Umar ibnul Khathtab, “hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihisab Allah SWT. di hari Perhitungan (akhirat)”.

2. Al Fikriyah (Pemikiran)

Pada dasarnya pemikiran manusia senantiasa menuntut konsumsinya agar tidak mengalami kejumudan berpikir. Untuk memenuhi tuntutan tesebut tidaklah cukup mengandalkan muatan pemikiran dari majlis liqaat tarbiyah semata. Akan tetapi dapat mencari berbagai sumber penggalian berpikir. Bisa melalui penelaahan kitab, menghadiri acara kajian ilmiah ataupun kegiatan peningkatan wawasan lainnya.

Telah banyak paparan nash dari Al Qur’an ataupun Hadits yang menyuruh untuk memberdayakan kemampuan berpikir dengan melakukan pengamatan dan pengkajian. Sehingga pemikiran kader senantiasa dalam pencerahan bahkan ia selalu dapat mencari solusi yang pas. Bila demikian halnya pemikiran kader senantiasa berkembang dan menjadi pintu gerbang kemajuan intelektual.

Imam Hasan Al Banna dalam Majmu’atur Rasail menegaskan tentang kewajiban kader dakwah yang diantaranya adalah kewajiban membaca buku beberapa jam dalam setiap hari serta memiliki perpustakaan pribadi di rumahnya sekalipun kecil.

3. Al Maliyah (Material)

Dakwah juga dipengaruhi oleh kekuatan material. Tidak terkecuali para pengembannya. Karena itu setiap kader harus memiliki kemampuan interpreneurshipnya agar tidak menjadi beban orang lain.

Imam Hasan Al Banna menetapkan muwashafat kader yang diantaranya adalah memiliki kemampuan mencari penghidupan bagi dirinya (qadirun alal kasabi).

Para sahabat yang diridhai Allah SWT. telah memberikan pelajaran pada kita semua bahwa mereka tidak menjadi beban bagi saudara. Kaum Muhajirin yang datang ke Madinah tidak membawa apa-apa, namun mereka tidak mengandalkan bantuan kaum Anshar. Kaum Muhajirin mampu mengembangkan potensi maaliyah dirinya. Mereka pun akhirnya dapat hidup sebagaimana layaknya malah ada yang lebih baik dari kehidupannya di Mekkah.

4. Al Maydaniyah (Penguasaan Lapangan)

Penguasan lapangan juga hal sangat penting bagi perkembangan dakwah ini. Seorang kader mesti memahami medan yang dihadapinya dengan cepat. Penguasan lapangan yang cepat dan tangkap dapat memperoleh taktik dan strategi yang tepat untuk dakwah ini. Pengenalannya yang bagus dapat menentukan strategi apa yang cocok dan pas bagi wilayah tersebut.

Maka ketika para sahabat berada di tempat yang baru mereka mulai belajar untuk mengenal medan dan lingkungannya. Sehingga pejalanan dakwah mereka berkembang dengan pesat. Seperti dakwah di Madinah oleh Mush’ab bin Umair dan sahabat lainnya.

Dari sinilah setiap kader perlu mengenal dengan betul wilayahnya. Sehingga dapat terdeteksi dengan cepat mana yang menjadi peluang dakwah dan mana pula yang menjadi hambatannya. Sehingga ia dapat mensikapinya dari keadaan tersebut. Bila menemui sumbatan ia cepat mengantisipasinya.

5. Al Harakiyah (Gerakan Dakwah)

Penguasaan harakiyah pun menjadi aspek tarbiyah dzatiyah yang perlu diperhatikan sehingga kader dakwah bisa mengikuti lajunya gerakan dakwah. Ini bisa terjadi apabila seorang kader dapat menyelami geliat dakwah dan pergerakannya. Pemahaman terhadap gerakan dakwah yang tepat melahirkan sikap kader yang mengerti benar tentang sikap apa yang harus dilakukan untuk kepentingan dakwah.

Sebagaimana yang dilakukan Huzaifah Ibnul Yaman ketika masuk ke tengah barisan musuh. Saat kondisi malam yang gelap dan mencekam seperti itu, Abu Sufyan sangat khawatir pasukannya diinfiltrasi. Sehingga ia mengumumkan agar seluruh prajurit harus mengenal siapa yang ada di kiri kanannya. Setelah selesai memberikan komando itu Huzaifah lantas memegang tangan orang yang ada di sisi kanan dan kirinya sambil menanyakan siapa engkau. Tentu saja mereka menjawab saya fulan bin fulan. Dengan kesigapannya Huzaifah tidak ditanya orang.

Sasaran yang hendak dicapai dari tarbiyah dzatiyah bagi seorang kader dan perkembangan dakwah adalah sebagai berikut:

a. Al Munawaratul Al Harakiyah (Gerak Manuver Dakwah)

Sasaran tarbiyah dzatiyah ini adalah untuk dapat mengembangkan gerak manuver dakwah ke berbagai wilayah dan pelosok. Sehingga banyak wilayah dan manusia lain yang mendapatkan sentuhan dari dakwah dan kadernya. Wilayah dakwah semakin hari semakin meluas dan kader dakwahnya semakin hari semakin bertambah tentu juga peningkatan mutu kualitasnya. Dalam kajian Fiqhus Sirah Syaikh Munir Muhammad Ghadhban diungkapkan bahwa Rasulullah SAW. setiap tahun selalu mendapatkan informasi mengenai bertambahnya suku, kabilah atau orang yang tersentuh dakwah Islam dan menjadi pengikutnya yang setia. Ini tentu sangat terkait dengan para penyebar dakwahnya. Mereka adalah manusia-manusia yang selalu dalam kondisi meningkat iman dan taqwanya serta meningkat dalam merespon perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Dengan kata lain bahwa tarbiyah dzatiyahnya sudah sangat mapan.

b. Al Matanah An Nafsiyah Ad Dakhiliyah (Soliditas Personal)

Tarbiyah dzatiyah juga untuk meningkatkan daya tahan kader. Kader yang tidak lemah mentalnya, tidak jumud pikirannya, tidak menjadi beban material kader lainnya, tidak bingung dengan sekitarnya dan tidak pula linglung atau ketinggalan jauh dari lajunya dakwah ini. Kader yang tidak menjadi beban bagi dakwah atau membuat bertambahnya beban pemikiran para qiyadah.

Dengan begitu akan muncul kader-kader yang tangguh dalam menunaikan amanah dakwah. Kader yang prima staminanya dalam menjalankan tugas. Sehingga perjalanan ini semakin lancar dan mulus untuk meniti jalan kemenangan dakwah. Bila hal ini tercapai dakwah tidak disibukan dengan urusan internal dan konfliknya. Sebaliknya para kader akan sibuk dengan maneuver dakwahnya.

Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah Bagi Kader

Untuk dapat menjalankan program tarbiyah dzatiyah hendaknya perlu mempertimbangkan kiat berikut:

Pertama: Buatlah fokus sasaran tarbiyah dzatiyah yang akan dilaksanakan oleh masing-masing individu. Misalnya, aspek ruhiyah seperti apa yang diinginkan dengan gambaran dan ukuran yang jelas seperti shalat lima waktu berjamaah di mesjid, selalu membaca 1 juz Al Qur’an dalam setiap hari. Demikian pula aspek fikriyah ataupun aspek yang lainnya. Sehingga semakin teranglah fokus yang hendak dicapai.

Kedua: Setelah menentukan fokusnya maka mulailah memperhatikan sisi prioritas amal yang hendak dilakukan. Aspek mana saja yang akan dilakukan dengan segera. Hal ini tentu melihat pertimbangan kebutuhan saat ini. Misalnya aspek ruhiyah yang diprioritaskan maka buatlah program yang jelas untuk segera dikerjakan.

Ketiga: Sesudah itu mulailah melaksanakan dari hal yang ringan dan mudah dari program yang telah ditetapkan agar dapat dilakukan secara berkesinambungan. Keempat, agar dapat menjadi program kegiatan yang jelas tekadkan untuk memulainya dari saat ini dan berdoalah pada Allah SWT. agar dimudahkan dalam menjalankan ikrarnya. Kelima, untuk dapat bertahan terus melakukannya upayakan untuk memberikan sangsi bila melanggar ketentuan yang telah diikrarkan.

Wallahu ‘alam bishshawwab.

Jumat, 13 November 2009

PADA MEREKA AMANAH INI 'KAN KUTITIPKAN...?


Oleh: Cholidudin

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An Nisa: 9)

Begitulah ALLAH SWT telah memperingatkan, kita diminta untuk senantiasa merancang masa depan kita. Kita juga diminta untuk mempersiapkan penerus2 / generasi2 yang siap tempur dengan masa depan.
-------- *** ----------
Ada-ada saja perbuatan adik2ku ini...kejar-kejaran, becanda, marah dan sedih... Adik yang aku pun tak tahu dari mana datangnya mereka, bapak dan ibu2 mereka pun berbeda dengan bapak dan ibu ku, tapi mereka sudah harus kuanggap sebagai adik2 ku, adik yang akan meneruskan perjuanganku, mereka yang harus senantiasa akan menjaga nilai2 kebaikan, nilai yang kian hari kian luntur dan terkikis oleh ganasnya perubahan masa.

aku memang belum lama mengenal adik2ku ini, bisa jadi baru hanya sebatas nama, bahkan cuma wajah mereka yang ku kenal. Aku ga tau apa tujuan mereka ada dan hadir disini, aku pun tak tau apa yang mereka pikirkan hari ini, kebaikan ataukah keburukan yang sedang mereka rancang untuk masa depan.
-------- *** ----------
Aku sudah ingin mulai merapihkan barisan, segera bergegas lepas dari keadaan, bergegas dari segala aktifitas yang menyita pikiran. Tapi tugasku belum selesai, masih banyak pekerjaan rumah yang harus kurapihkan, masih sangat banyak pula yang harus kukerjakan, bukan untuk untuk diriku, tapi untuk mereka, mereka yang akan kutitipkan segala beban, mereka yang akan ku amanahkan pekerjaan2.

Siapa mereka? bukan siapa-siapa kan??? Ingin rasanya kutinggalkan saja mereka, aku juga ingin ga peduli pada mereka, tapi... entahlah, aku ingin melihat mereka bahagia, aku ingin melihat mereka bangga menjadi seorang adik, aku juga ingin melihat mereka tersenyum pada dunia.
------- *** ----------
Rasulullah SAW ga pernah memikirkan dirinya sendiri, beliau selalu ingat kepada sahabat2nya jika ia sedang dalam keadaan kecukupan, jangankan cuma pakaian, makanan yang sedianya akan beliau makanpun akan ia berikan jika beliau tau ada salah seorang sahabatnya yang membutuhkan, dan beliau rela berlapar2 sampai mengganjal perutnya dengan batu dan kerikil.

Sampai saat2 ajal menjemputnya pun, Rasulullah masih tetap tak cuma memikirkan dirinya sendiri, mulutnya bergetar dan membisikkan kata kepada menantunya, ALI bin Abi Thalib, "Ummati, ummati, ummati..." itulah kata yang keluar dari mulutnya, karena saking sayangnya Utusan ALLAH itu kepada ummatnya, Beliau khawatir, umatnya akan menjadi umat yang jauh dari iman kepada ALLAH.

Namun ini sangat berbeda dengan kita, bahkan bisa jadi kita ga pernah sedikitpun mempunyai kepekaan tentang hal sedemikian, kita cenderung ga pernah peduli dengan apa yang akan kita tinggalkan nanti. Ya Rabb, semoga Engkau jauhkan kami dari sifat2 sedemikian... Amiiin.
-------- *** --------
Aku malu pada diriku sendiri, karena belum sedikitpun yang kuperbuat untuk perubahan...
Tilawah tiap hari tak mampu runtuhkan kerasnya hati, dzikir2 selepas sholat juga serasa tak berisi. Aku takut..., jangan2 niatan2ku selama ini bukan karena-MU ya Rabb.

Aku takut..., sungguh aku takut...
-------- *** --------
"Pengabdianmu sebentar lagi, lalu apatah lagi yang akan kau berikan jika bukan kebaikan" begitu seorang sahabat memberi semangat.

Ya, aku ingin melihat mereka tersenyum, aku ingin melihat mereka bangga, dan aku juga ingin melihat mereka menantang dunia.

Pengalaman ini memang terasa pahit bahkan bikin sakit hati, tapi pengalaman ini bisa jadi sangat berarti, mungkin inilah jawaban ALLAH atas do'a2 ku. Aku meminta kekuatan, DIA mmberiku cobaan untuk kuatasi sehingga aku belajar untuk kuat menghadapi cobaan.
-------- *** ---------
Aku ingin mereka menjadi orang2 aneh, yang tetap melakukan kebaikan di tengah2 kemungkaran, yang jujur di tengah2 kebohongan, yang bersyukur ditengah2 kekufuran, yang tetap amanah di tengah2 pengkhianatan, dan aneh di tengah keanehan zaman.

Sehingga aku bangga menitipkan amanah ini pada mereka...

------- *** --------
Tulisan ini terinspirasi pada saat MABIT Ikhwan di masjid kampus IAIN "SMH" Banten
11 Nopember 2009

Kamis, 08 Oktober 2009

INDAHNYA MEMBERI...

Cinta itu indah. Karena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya.

Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka : memberi. Terus menerus memberi. Dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin, atau bisa juga jadi pasti! Tapi itu efek. Hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab, adalah hakikat di alam kebajikan bahwa setiap satu kebajikan yang kita lakukan selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk dilakukan juga.

Itu juga yang membedakan para pecinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencinta seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. la tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. la besar dan berbuah dari sinar cahayamu.

Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencinta seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.

Bukan hanya itu. Rencana memberi yang terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Seperti, pohon tergantung dari siraman air dan cahaya matahari. Itu ketergantungan produktif. Ketergantungan yang menghidupkan. Di garis hakikat ini, cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Mereka menciptakan kehidupan bagi orang-orang hidup. Karena itu kehidupan yang mereka bangun seringkali tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya. Tapi begitu sang pemberi pergi, mereka segera merasakan kehilangan yang menyayat hati. Tiba-tiba ada ruang besar yang kosong tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang.

Barangkali suatu saat kamu tergoda untuk menguji dirimu sendiri. Apakah kamu seorang pencinta sejati atau pencinta palsu. Caranya sederhana. Simak dulu pesan Umar bin Khattab ini: hanya ada satu dari dua perasaan yang mungkin dirasakan oleh setiap orang pada saat pasangan hidupnya wafat : merasa bebas dari beban hidup atau merasa kehilangan tempat bergantung.

Sekarang bertanyalah pada pasangan hidup Anda tanpa dia ketahui. Jika aku mati sekarang, apakah kamu akan merasa bebas dari sebuah beban atau akan merasa kehilangan tempat bergantung? Kalau dia merasa kehilangan, maka dilangit hatinya akan ada mendung pekat yang mungkin menurunkan hujan air mata yang amat deras. Jika tidak, mungkin senyumnya merekah sambil berharap bahwa kepergianmu akan memberinya kesempatan baru untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Copy dari Aktifis Dakwah Facebook
Oleh : Ust. Anis Matta

Rabu, 16 September 2009

MINAL 'AIDIN wal FAIZIN



Sebelas bulan Kita kejar dunia,Kita umbar napsu angkara.
Sebulan penuh Kita gelar puasa,Kita bakar segala dosa.
Sebelas bulan Kita sebar dengki Dan prasangka,
Sebulan penuh Kita tebar kasih sayang sesama.
Dua belas bulan Kita berinteraksi penuh salah Dan khilaf,
Di Hari suci nan fitri ini, Kita cuci hati, Kita buka pintu maaf.
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir Dan batin

Minggu, 12 Juli 2009

TENTANG IKHWAN SEJATI

BU..., Ceritakan Aku Tentang Ikhwan Sejati...

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati...

Sang Ibu tersenyum dan menjawab... Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah... Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan.

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca.

....setelah itu, ia kembali bertanya...

Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?

Sang Ibu memberinya buku dan berkata.... Pelajari tentang dia... ia pun mengambil buku itu MUHAMMAD, judul buku yang tertulis di buku itu.

Surat dari setan untukmu (sebuah analogi)

Aku melihatmu kemarin, saat engkau memulai aktifitas harianmu.Kau bangun tanpa sujud mengerjakan subuhmu.Bahkan kemudian, kau juga tidak mengucapkan "Bismillah" sebelum memulai santapanmu, juga tidak sempat mengerjakan shalat Isha sebelum berangkat ketempat tidurmu.Kau benar-benar orang yang tidak bersyukur, aku menyukainya,aku tak dapat mengungkapkan betapa senangnya aku melihatmu tidak merubah cara hidupmu.Hai Bodoh, Kamu milikku.Ingat, kau dan aku sudah bertahun- tahun bersama, dan aku sangat menyukaimu.

Aku menggunakanmu untuk membalas dendamku kepada Allah. Dia sudah mencampakkan aku dari surga, dan aku akan tetap memanfaatkanmu sepanjang masa untuk mebalaskannya. Kau lihat, ALLAH MENYAYANGIMU dan dia masih memiliki rencana—rencana untukmu di hari depan. Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu padaku, dan aku akan membuat kehidupanmu seperti neraka. Sehingga kita bisa bersama dua kali dan ini akan menyakiti hati ALLAH.

Aku benar—benar berterimakasih padamu, karena aku sudah menunjukkan kepada NYA siapa yang menjadi pengatur dalam hidupmu dalam masa2 yang kita jalani

Kita nonton film porno bersama, memaki orang, mencuri, berbohong, munafik, makan sekenyang- kenyangya, guyon2an jorok, bergosip, manghakimi orang, menghujam orang dari belakang, tidak hormat pada orang tua, tidak menghargai Masjid, berperilaku buruk.TENTUNYA kau tak ingin meninggalkan ini begitu saja.

Ayolah, Hai Bodoh, kita terbakar bersama,selamanya.Aku masih memiliki rencana2 hangat untuk kita.Ini hanya merupakan Surat penghargaanku untuk mu.Aku ingin mengucapkan 'TERIMAKASIH' karena sudah mengizinkanku memanfaatkan hampir semua masa hidupmu.Kamu memang sangat mudah dibodohi, aku menertawakanmu.Saat kau tergoda berbuat dosa kamu menghadiahkan tawa.Dosa sudah mulai mewarnai hidupmu.

Sebentar lagi Ramadhan, aku tidak bisa bebas menggoda seperti saat ini di bulan itu. Kaumku akan terikat dan terjeruji. Aku perlu darah muda. Aku perlu kader-kader manusia yang akan mengerjakan tugasku di bulan itu.Masih ada 2 bulan tersisa. Jadi, pergi dan lanjutkanlah mengajarkan orang—orang muda bagaimana berbuat dosa.Yang perlu kau lakukan adalah merokok, mabuk—mabukan, berbohong, berjudi, bergosip, dan hiduplah se-egois mungkin.Lakukan semua ini di depan anak-anak dan mereka akan menirunya.Begitulah anak-anak.

Baiklah, aku persilahkan kau bergerak Sekarang.Aku akan kembali beberapa detik lagi untuk menggoda-mu lagi.Jika kau cukup cerdas, kau akan lari sembunyi, dan bertaubat atas dosa- dosamu.Dan hidup untuk ALLAH dengan sisa umurmu yang tinggal sedikit. Memperingati orang bukan tabiatku, tapi di usiamu sekarang dan tetap melakukan dosa, aku benar-benar menikmatinya... sebelum bulan yang suci itu datang, marilah kita ajak manusia-manusia bodoh agar memasuki neraka...!

Tertanda, setan yang sebentar lagi terpaksa cuti menggoda di bulan Ramadhan.

(diambil Dari Majalah Kampus ITB "TAWAZUN"- dengan sedikit perubahan)
(Source: ADF)

Menjadi baru setiap saat!

Awali hari baru dengan semangat baru! Hilangkan semrawut muka dengan berwudhu di shubuh hari. Hilangkan bau badan dengan mandi, berthaharah setiap pagi. Perbaharui paru-paru dengan embun pagi ready stock di luar sana. Bangun!! kasur sudah di atas 40' celcius untuk ditiduri. Bangun!! jangan kalah oleh ayam yang menjadi Alarm jagat raya. Bangun!! Singgasana Rabbani menanti untuk dibanjiri air mata. Keheningan malam adalah hiburan batin sekali sehari, cukup banyak untuk menghadapi kacaunya dunia di siang hari.

Menjadi baru setiap saat! Hari kemarin adalah hari yang kadaluarsa. Gairahkan pikiran dengan ide baru setiap saat. Hidupkan hati mencapai keceriaan dengan harapan-harapan baru. Hari ini adalah hari yang ceria. Hilangkan mendung di sekujur tubuh dan akal sehat. Saatnya keluar dari kesumpekan dengan mencoba memandang dari perspektif yang baru. Jangan katakan "Aku" sebagai "aku" yang dahulu. Tetapi kini "Aku" adalah "Aku" yang "baru". Tampilan baru, cita-cita baru, hari yang baru, koleksi akhlak yang baru, prestasi yang baru... SEMANGAT yang BARU!!

Jenuh dengan kata "Jenuh", karena kejenuhan adalah penyakit kreatifitas. Semangat adalah bahan bakar dari kreatifitas. Bakar selimut kejenuhan, dengan api kreatifitas. Bosan makan nasi pake ayam, Ganti dengan makan Ayam pake nasi. Jadilah pribadi yang baru! pola pikir baru! dan luapan emosi yang membiru. Langit masih luas untuk kita pandang. Laut masih dalam untuk kita selami. Dunia masih tertutup untuk kita singkap. Bangkit wahai saudaraku. Jalanan aspal masih licin untuk kita jajaki. Ada apa di sana? mari kita ke sana untuk mengetahuinya. Bangun dan Bangkit saudaraku! Kita bangun dan bangkit dengan Semangat baru!!!

-Ayyash-

(Source: Aktivis Dakwah Facebook)

Have a Dream!

Antara impian hari ini dan kenyataan hari esok akan selalu memiliki irisan. Akan ada kesamaan-kesamaan dari apa yang kita impikan hari ini dengan kenyataan esok hari. Karena itulah adanya sebuah tuntutan untuk tetap memiliki mimpi besar yang dibarengi dengan kerja besar. Tapi tetap semuanya berawal dari apa yang ingin kita capai. Sebuah visi. Sebuah tujuan akhir dari perjalanan kita. Dari pergerakan kita.

Da’wah visioner, begitulah Ust.Rahmat Abdullah menggambarkan dalam bukunya. Ketika segala amal jama’i yang kita lakukan berorientasi kepada satu tujuan bersama. Ketika segala potensi diri memang difokuskan untuk mewujudkan satu cita-cita besar.

Harga sebuah impian, tidaklah dilihat dari seberapa besar impian itu bagi orang kebanyakan. Tapi dari seberapa determinasi yang dimunculkan oleh pemilik impian itu sendiri. Seberapa gigih ia mau berkorban untuk impiannya itu. Sebuah pergerakan yang besar, tidaklah besar dari jumlah pengikutnya, melainkan seberapa dalam impian bersama itu bisa menyusup ke sanubari para kadernya. Memotivasinya untuk terus berkarya, mewujudkan impian itu.

Sebagaimana cara efektif dalam publikasi, cara termudah untuk tetap fokus pada impian itu adalah dengan merepetisinya pada setiap kesempatan. Membagi semangat yang sama agar semuanya mau bekerja. Menyebarkan rasa tanggung jawab untuk membuat impian itu menjadi nyata. Dengan tidak lupa mengemas impian itu menjadi suatu paket yang tetap dapat tercapai. Dengan tidak lupa mempersiapkan sebaik mungkin langkah-langkah riil menuju impian tersebut.

Impian memang tidak selamanya bisa diwujudkan, tapi adalah satu keberanian besar untuk mulai bermimpi. Bagaimana mungkin impian itu dapat terwujud jika sejak awal impian yang kita miliki sudah merupakan suatu yang kita pesimis terhadapnya. Adalah penting juga, suatu pergerakan mampu mendefinisikan impiannya tersebut.

Suatu pergerakan, dapat terus bergerak di rel pergerakannya selama ia memiliki impian besar yang ingin dicapai. Kerja besar untuk mimpi besar, demikian digambarkan dalam buku Panduan Da’wah. Karena memang bidang yang kita geluti ini bukan suatu yang main-main. Da’wah adalah suatu kerja besar yang butuh effort besar untuk menjalaninya.

Isy kariman aw mut syahidan!

-tbruhuljadid-

(Source: Aktivis Dakwah Facebook)

Minggu, 03 Mei 2009

MENUJU LDK EMAS 2010 (Tanggapan II)

MENUJU LDK EMAS 2010
Oleh: Lia Sulistiawati

i extremely agree with you...
wacana LDK emas yang baru-baru ini digulirkan, ku pikir hanya akan menjadi
wacana jika tak didukung oleh kader2 di dalamnya...atau jangan-jangan wacana itu
hanya di iyakan oleh beberrapa orang saja...halah

yupz akupun setuju...harus ada pemetean kader...seru tuh kalo anak LDK jadi
orang2 penting di semua UKM, kan enak mau ngadain tinggal pinjem...g usah
ribet...so,tidak ada lagi stigma exlusive pada anak2 LDK...jadi kalo saat ini
ada mba dan mas yang dibilang masih exlusive ya wajarlah...toh kitanya pun masih
menutup diri...Oow tapi bukankah Islam itu rahmatanlil'alamin, so islam terbuka
untuk siapapun dunk...so gmn kasusnya kalo kader dakwah terkesan "tertutup". so
from this moment, we have to aware of our condition...

jadi LDK emas akan tercapai kalo memang semua instrument LDK mendukung...

eh satu lagi...tampilan luar kita, aktifitas kita belum tentu menjadi daya tarik
mereka,,,kalo kita masih merasa kita yang wah...karena berbuat atas nama
dakwah...bener g tuh?...^_^...Upzzz jangan ada yang marah...y...he 1945x

MENUJU LDK EMAS 2010 (Tanggapan)

MENUJU LDK EMAS 2010
Oleh: Sabrina Mumtaz

Mari bicara masalah LDK.
Biarlah saya, yang sekarang hanya aktifis dakwah pengamat LDK ini ngobrol.
namanya juga ngobrol...jd maaf kalau ada salah kata atau ada yg tersinggung.
hehehehe...

LDK EMAS 2010
sebenarnya patut didukung dan diwujudkan. permasalahnya adalah apakah LDK Ummul
Fikroh siap menuju 'keemasan" itu?
saya pernah mendengar suatu statement bahwa,
banyak yang kalah perang bukan karena kurang senjata (minim fasilitas, sdm, dll)
tapi karena kita tidak tahu apa keunggulan dan kelemahan kita dan musuh kita.

Marilah kita runutkan dulu akar masalah yang ada di LDK UF
1. Peta Dakwah.
perlu sekali kita petakan basis LDK UF di kampus IAIN. Mulai dari Fakultas
tarbiyah, syari'ah, dan ushwah. Dimana letak kekuatan kita?

2. Database yang lengkap
gambaran umum kondisi LDK UF secara sosiografis da demografis itu lalu
dirunutkan sesuai jumlah kader, SDM kader, umur/semester, keahlian kader, dll..
ini berguna bila kita tahu kader kta lemah dan kurang di syariah, maka saat
PROSPEK tahun depan, bagaimana caranya kita harus menjemput bola
anggota baru lebih banyak dari fakultas syariah.

3. Program Kerja yang merakyat
jika LDK UF terkesan ekslusif maka buatlah program2 yang merakyat, yang
umum,atau dengan konotasi "umum"tapi "isinya khusus"

4. perluas jaringan dan pergaulan
selama ini kita mentok di situ2 saja. KAMMI, PKS, Al-Izzah, Peradaban, LAZ
HARFA, ayooo dimana lagi tempat nongkrong favorit kita???
nggak ada salahnya kalau kita memasuki dunia baru, siapa tahu dunia baru yang
kita masuki bisa terwarnai oleh "keharuman dakwah" yg kita bawa.
di GESBICA kader kita 0,
di MAHAPEKA 0,
padahal kalau mau bagus atraksi seni dll, GESBICA punya fasilitas memadai tuh,
kalau mau outbond juga nggak susah minjem, karena ada anggota LDK juga yang anak
Mahapeka. Tul ga?

5. Visi dan Misi LDK harus diperjelas lagi dan ditanamkan kembali (di refresh)
biar sejalan dan seirama menuju kesana.

6. pembagian tugas yang detail.
antara DK 1, 2, dan 3 harus saling menopang biar gerakan dakwah ini geliatnya
terasa oleh seluruh masyarakat kampus.

itu aja dulu deh..
ngobrolnya nanti dilanjut, key

MENUJU LDK EMAS 2010

MENUJU LDK EMAS 2010 (Bag I)
Oleh: Abdurrahman El-Hafid

Antara harapan dan kenyataan
Inilah adalah harapan baik yang mestinya dijadikan sebuah keyakinan untuk menuju
hidup yang lebih baik. Ini adalah bukti keseriusan kita dalam berdakwah,
mengatur serta memperhitungkan jangkauan kita untuk masa depan. Tidak ada
salahnya ketika kita memiliki mimpi besar untuk sebuah kebesaran yang baik. LDK
EMAS 2010 adalah sebuah konsep besar dakwah dalam era baru yang membutuhkan
strategi-strategi baru menghadapi permasalahan-permasalahan baru. Era dakwah
yang lebih professional, progresif dan kreatif. Era pembuktian dakwah kampus
untuk sebuah perubahan.
Melihat banyak agenda strategis pada tahun 2010 yaitu: pertama,akan
dilaksanakannya FSLDKN XV (Forum Shilaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional)
yang insya Allah akan dilaksnakan di Universitas Pattimura-Ambon. Kedua, akan
dilaksnakannya konferensi FSLDK Banten III. Agenda inilah sebagai salah satu
bagian terpenting untuk menunjukan masa-masa keemasan dari Lembaga Dakwah Kampus
di Indonesia.
Paling tidak, agenda LDK EMAS 2010 ini menjadi agenda penting bagai Lembaga
Dakwah Kampus “Ummul Fikroh” IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Sebagai
PUSKOMDA (Pusat Komunikasi Daerah) Banten, maka eksistensi sebagai PUSKOMDA
harus lebih terekspose dengan motivasi menuju LDK EMAS 2010. Ini adalah agenda
kita bersama, dan kita akan design bersama konsep serta gambaran nyata LDK EMAS
2010.
Kita harus optimis untuk sebuah perubahan. Ini adalah satu dari banyaknya cara
membangun dakwah di kampus. Namun, kita juga harus realistis melihat gambaran ke
depan dari berbagai kondisi yang ada. Kita juga mesti menawarkan alternative
yang baik, beralasan dan terukur. Oleh karena itu sebelum kita men-design konsep
tersebut, kita akan terlebih dahulu menganalisis sejauh mana pencapaian hasil
yang kita miliki melalui ukuran keunggulan dan kelemahan kita, serta melihat
sejauh mana peluang yang ada dan tantangan apa saja yang akan kita hadapi ke
depan.

Konsep Idealitas dan Realitas
Dalam menyusun sebuah konsep, kita juga ttidak bisa melupakan realita yang ada
di lapangan. Banyak orang yang mengatak bahwa konsep hanya ada di atas kertas,
hanya ideal dalam tulisan namun mentah di lapangan. Makannya terkadang ada
seorang konseptor yang dilemahkan pendapatnya karena orang tersebut teramat
ideal menyusun konsep. Padahal sesungguhnya begitulah knsep, dibuat seideal
mungkin untuk menjawab segala kemungkinan yang akan terjadi.
Begitu pula dengan harapan baik kita untuk mencoba membangun dakwah kampus,
sebuah skala kecil yang merupakan pembelajaran bagus untuk melihat lebih jauh
dakwah paska kampus di kalangan professional dan masyarakat umum.
Ini adalah tulisan pengantar untuk memberikan rangsangan bagi siapa saja yang
masih perduli akan dakwah kampus ke depan. Kalaulah bukan 2010 masa-masa
keemasan dakwah kampus, kita akan terus menyusun rencana strategis LDK EMAS
untuk masa yang akan datang.

Selasa, 28 April 2009

Renungan

Kawan,
hidup ini ternyata,tidak sekedar mengejar cita-cita pribadi saja
Di luar sana masih banyak orang tidak punya rumah
Masih banyak orang yang bahkan tidak tahu apakah besok pagi dia masih bisa makan

Masih banyak anak-anak yang bahkan tidak tahu sampai kapan mereka akan terus tidur beratapkan langit yang bahkan terkadang memuntahkan air dan beralaskan tanah yang keras

Masih banyak mereka yang masa depannya tidak jelas
Tapi sayangnya kita sering lupa akan hal itu

Seringkali kita hanya ingat dan berempati hanya saat penderitaan mereka disodorkan depan muka kita. Selebihnya, mungkin kita lupa. Padahal seharusnya kita lah yang mencari tahu. Kita yang mencari fakta-fakta, bukan menunggu untuk ditemukan oleh fakta. Tapi sayangnya, kenyataan yang sering terjadi adalah kita hanya menunggu.

Masih banyak mereka yang tidak mandi karena alasan-alasan yang mungkin bagi kita mudah saja, seperti air bersih, sabun, dll. Sedangkan kita pun mungkin secara sadar maupun tidak sering membuang-buang air bersih atau memiliki banyak sabun yang tidak terpakai. Masih banyak mereka yang tidak memiliki baju selain yang menempel di tubuh mereka dan kita masih sempat mengeluh ngeluh karena baju kotor yang menumpuk? Ingatlah kawan..itu artinya kita beruntung memiliki banyak baju.

Masih banyak mereka yang tidak memiliki orang tua dan kita terkadang sering menggerutu hanya karena ditegur orang tua?
Ingatlah kawan..itu artinya kita beruntung karena masih diizinkan Allah untuk mewujudkan rasa sayang dan membalas kebaikan orang tua kita.
Seringkali kita mengeluh dan mengomel karena kelelahan berjalan kaki. Ingatlah kawan..itu artinya kita masih punya kaki dan tubuh yang berfungsi dengan baik.

Apapun yang terjadi..
Seburuk apapun keadaan kita,,cobalah kita pandang dari sudut pandang yang berbeda
Dan kita akan menemukan dan pada akhirnya mengerti cara Allah menyayangi, mendidik, dan memberi yang terbaik untuk kita
Because we are loved

Tapi kenapa kita sering lupa?
Kenapa kita sering tidak berinfaq jika tidak diminta?
Kenapa tidak mencari tahu di mana kita bisa berinfak?

Kawan..
Hidup tidak hanya bersemangat berprestasi dalam bidang akademik, organisasi, atau pekerjaan
Semua itu bagus sekali namun semangat dan prestasi luar biasa itu tidak ada artinya bila implementasinya sama dengan nol
Tidak ada artinya bila ternyata kita sampai lupa dengan orang-orang di luar sana
Mereka yang menjadi korban kemerdekaan yang belum merdeka
Mereka yang menjadi korban para pejabat yg bagai kacang lupa kulitnya itu
Mereka yang terlupakan, mereka yg dibohongi, mereka yg tertindas, mereka yg terjajah oleh 'kemerdekaan' negeri ini

Kawan..
Bersyukurlah punya banyak makanan
Banyak sekali orang yg kelaparan di dunia ini
Di Ethiopia, India, Indonesia, atau bahkan mungkin beberapa meter dari tempat kita duduk saat ini
Jadi ingatlah kawan..Jangan sampai kita membiarkan makanan membusuk di kulkas atau menjadi basi di dalam lemari / tudung saji

Kawan..
Mari kita luangkan waktu..,,untuk bersyukur
Ya, untuk bersyukur
Karena selalu harus ada waktu untuk bersyukur
Jangan sampai kita bersikap tidak tahu diri
Jangan sampai kita rutin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman namun tidak ingat untuk berterima kasih kepada Allah

Kawan...
Mari kita menghargai setiap waktu yang terlewat karena waktu tidak dapat berputar kembali
Bahkan Leonardo Da Vinci pernah menyatakan keheranannya mengenai manusia yang sering tidur. Ia berpendapat manusia hidup tersebut seperti orang mati saja karena apa bedanya orang yang masih hidup dengan yang sudah meninggal apabila yang hidup juga tidak melakukan apa-apa (baca: sia2)?

Kawan..
Lihat ke negeri Palestina sana
Ke negeri para bayi yang terlahir untuk hidup di surga
Ke negeri yg para penghuninya waspada setiap saat terhadap pengeboman, penjarahan, pembunuhan, dan segala ketidakadilan yang dilakukan oleh orang2 yg mengatasnamakan perebutan kembali tanah milik mereka
Ke negeri yang pedih karena para muslim yg seharusnya bertitel saudara tidak bertindak seperti saudara (baca: tidak mendukung)

Kawan..
Sekali lagi, ingatlah..
Kita harus peka
Selalu lihat ke bawah tapi jangan lupa lihat ke atas juga
Selalu lihat ke depan tapi sesekali jangan lupa untuk menoleh ke belakang juga

In order to be a better person, we can't improve urself only without caring 4 others

Kawan..
Bayangkanlah kesepiannya mereka yang tidak memiliki keluarga, mereka yg dimusuhi, dikucilkan, apalagi kesepian dan kepedihan orang-orang yang ditinggal mati keluarganya yang terbunuh di depan mata mereka

Kawan...
Jangan terlalu sedih walaupun kadang orang suka meremehkan kita
Di belahan dunia di sebelah mana pun, banyak sekali orang-orang terbuang yg mungkin jauuuuhh lebih tersakiti daripada kita
Mereka dianggap hina
Mereka dipandang rendah
Entah berapa banyak cacian yg sudah mereka dengar
Perlakuan kasar yang mereka dapat juga tak terhitung
Lihatlah semuanya lebih dekat..dan kita akan sadar betapa sempurnanya hidup kita, paling tidak bagi diri kita sendiri

Oleh : Mariani Tri Agustina
www.dudung.net

Jumat, 16 Januari 2009

PLENO TENGAH


Assalamualaikum...

Hampir genap 6 bulan sudah, kepengurusan LDK Ummul Fikroh berlangsung. .... dan tepat tgl 24 Januari 2009 nanti LDK Ummul Fikroh akan melaksanakan PLENO TENGAH sekaligus me-non-aktifkan ketua LDK UF terpilih (Akh. Abdurrahman ElHafid) karena akan study ke negeri paman Sam... sebagai gantinya, posisi ketua akan diambil alih oleh Sekum (Akh. Ruba'i) sebagai Plt, selama +3 bulan kedepan, Semoga kepengurusan ini lancar dan tetap ridhoi oleh ALLAH SWT Amiin.

PAMFLET PLENO TENGAH

Selasa, 13 Januari 2009

dan Batu pun Berbicara



Batu terlontar tangan-tangan kecil
Senandung jihad dan pekikkan takbir…. (izzis-panggilan suci)

Sejak penjajahan Israel dengan agresi militernya dari tahun 1948 hingga akhir 2008 tentara zionis Israel Yahudi Laknatullah' allaih merangsek masuk dan memborbardir dengan yang keji di jalur Gaza tidak meluluhlantahkan semangat bangsa Palestina, tidak menyiutkan nyali HAMAS, tidak menggentarkan para pemuda Palestina, tidak kehilangan asa anak-anak Palestina untuk selalu berjuanga dengan sekuat tenaga mereka untuk menyambut bumi para syuhada ini akan merdeka dan meraih kemenangan yang nyata.

Tercatat orang-orang yang menemui kesyahidan sudah ribuan jiwa termasuk diantara sebagian besarnya adalah anak-anak kecil, ibu-ibu ataupun yang biasa disebut dengan warga sipil.

Takbir berkumandang di seluruh wilayah Palestina, suaranya hingga memekikkan dunia dan menggentarkan dunia ini. Perjuangan mujahidin-mujahidin di Gaza, Tepi Barat, Jenin dan Al Quds as Syarif akan terus berkobar hinggga kesyahidan yang mereka raih. Semangat intifadha 1 dan 2 juga akan terus semakin berkobar untuk membebaskan tanah suci Palestina dari cengkraman zionis Yahudi Laknatullah.

"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. " (1:154)

Allah telah menjanjikan untuk mujahidin-mujahidin yang syahid serta perjuangan tak kenal kata henti karena kenikmatan abadi telah menantinya. Dan janji yang telah pasti Allah akan memenangkan dan menjadi kuburan dan kehancuran Yahudi Israel Laknatullah.

Palestina hingga hari ini tidak pernah berhenti menghadirkan syuhada, datang silih berganti, semuanya meninggalkan cerita dan kisah menarik dan penuh dengan kepahlawan dan perlawanan yang gagah dan kebanggaan sehingga menambah umat Islam ketsabat (keteguhan).

Hujan peluru, dentuman roket pesawat militer maupun serangan tank-tank baja tetep saja menjadi para perindu syahid tambah perkasa yang berdiri di atas keyakinan, berdiri tegak bak tameng. Menghadang para penjajah yang datang membawa dalam jiwa mereka ruh kematian

Tidak ada keraguan di dalamnya bahwa Al-Quds As-Syarif, Tepi Barat, Jalur Gaza maupun Jenin pasti akan merdeka, bumi Palestina akan bersih dari kotoran-kotoran najis para penjajah.

Dengan lantunan yang indah diceritakan akan keajaiban syahadah yang merupakan cendera mata yang indah di alam yang kekal meninggalkan dari Palestina dari anak-anak, pemuda, orang tua dan wanita yang berlomba-lomba menghadirkan para syuhada berikutnya.

"Betapa banyak kelompok sedikit mampu mengalahkan kelompok yang besar dan banyak jumlahnya dengan izin Allahâ." (1 : 249)

Dengan berdiri di atas keyakinannya para pemuda Palestina mampu memberikan perlawanan walaupun tanpa senjata hingga senjata yang tradisional tidak canggih dan tidak pula modern. Tapi para pejuang itu tengah berjuang dengan senjata yang paling ampuh yaitu dengan keimanan. Dengan itu semangat akan terus tertancap hingga dalam hati mereka karena janji Allah telah pasti.

Dan batu pun berbicara…!!!

Itulah yang direncakan dan di perjuangankan hingga para pejuang dan pemuda Palestina serta anak-anak Palestina pun turut dengan perjuangan melalui batu. Batu yang dilemparkan ke arah penjajah zionis Israel yahudi laknatullah dan merobek sampai membunuh dan menghancurkannya. Melalui tangan-tangan kecil dilemparkan dan melalui katapel-katapel canggih terbang mengudara yang mengaraha untuk menghancurkan penjajah. Allahuakbar! !!

Dan batu pun berbicara…!!!
Tetap berbicara hingga Palestina terbebas…

Ya Allah ubahlah batu-batu itu, batu yang dilempar melalui tangan-tangan mungil dan suci-melalui senjata Allah katapel - terbang dan meluncur ke angkasa dan yang telah terhunus untuk menghancurkan pesawat, tank-tank, roket dan tentara zionis Israel yahudi laknatullah menjadi seperti batu ababail-batu yang dibawa oleh kiriman dari Allah berupa burung-burung kecil yang berbaris rapih- Ababil, batu yang di jatuhkan menghancurkan sang pembesar abraha bersama para pasukannya ketika akan menghancurkan ka'bah.


Mengenang syahidnya Faris
(bocah Palestina yang menjadi pelopor perjuangan anak-anak Palestina lainnya untuk bangkit dan melawan dengan batu)

Balasan ber-amar ma'ruf nahi munkar

Suatu kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar ma'ruf nahi munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang antara lain berupa:
1.Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali Imran: 110).
2.Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir'aun beserta orang-orang yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya.
3.Mendapatkan pahala berlipat dari Allah sebagaimana sabda Nabi Saw.: "Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun".
4.Terhindar dari laknat Allah sebagai mana yang terjadi pada Bani Isra'il karena keengganan mereka dalam mencegah kemunkaran. (QS. Al-Maidah: 78-79).

Minggu, 11 Januari 2009

KAMPUS IDAMAN

Dari milis sebelah... buat renungan dan penyemangat aja buat temen2 yang sedang berjuang menegakkan dakwah. Ingatlah rekan2.. perjuangan ini takkan sia-sia...

Kawan. Pernah kah membayangkan tentang bagaimana kemenangan dakwah kampus. pernah sepersekian detik kamu berkhayal tentang indahnya kampus ketika nilai Islam meresapi setiap relung mahasiswa di kampus.

Tahukah kamu kawan, aku pernah membayangkannya, aku pernah masuk dalam indahnya bermimpi tentang kemenangan itu, rasanya sangat indah, dan aku ingin juga membagi rasa ini kepada kawan semua.

Monolog berikut kupersembahkan khusus untuk pejuang dakwah yang tak kenal lelah. Yakinlah bahwa tetes keringat yang berjatuhan adalah saksi bisu atas perjuangan besar Karena rindu pada Rabb..


Aku sedang berjalan di jalan setapak taman masjid kampusku, sebuah masjid kampus yang megah karena arsitekturnya yang kompleks. Arsitektur masjid tanpa pilar dan kubah, serta di alasi oleh kayu yang menghangatkan jemari dan dahi yang bersujud dan bersimpuh meraih nikmat Rabb. Aku menjadi teringat pemandangan 10 tahun lalu, ketika aku dipercaya sebagai amirul mukminin di kampus ini. tidak ada yang berbeda dengan nuansa kampus ini, tidak ada yang berubah dari masjid kampus ini, masih sama, masih sejuk dan menimbulkan sebuah kenangan indah atas perjuangan dakwah aku dan kawan-kawanku ketika masih mahasiswa.

Siang itu, azan zuhur tiba, "Hayya 'alaa Sholaa" begitulah pekikan muazin ketika aku melepas tali sepatu ku. Terdiam sejenak mencoba melihat sekeliling tempat penitipan, segerombolan orang hilir mudik tergesa-gesa menuju kedalam masjid, mereka berjalan menunduk dan dengan langkah sigap, seakan-akan ketinggalan kereta terakhir di stasiun. Mereka bahkan rela membuang makanan yang mereka sedang bawa demi meraih keutamaan Rukun Islam ini. toko pun menutup gerai mereka dan memasang tulisan besar berwarna merah "TUTUP 10 MENIT, SEDANG SHALAT" di depan pintu toko-toko yang menjadi bagian terintegrasi dari masjid kampus ini. Melihat kearah timur, sebuah gedung kayu yang tak berubah masih berdiri tegak disana, bisa aku lihat, mahasiswi berjilbab lebar dengan warna-warni komposisi baju dan rok yang sangat indah. Memberikan kesan anggun tersendiri bagi mereka. Aku memperhatikan mereka bergegas mengunci pintu gedung kayu dan segera memasuki ruang wudhu perempuan.

Aku mencoba berpikir apa yang terjadi, 10 tahun sejak aku berpisah dengan kampus ini dan meraih pendidikan di luar negeri ternyata telah membuat sebuah nuansa berbeda, tapi aku mencoba berpikir kembali "mungkin ini dampak ramadhan yang baru usai pekan lalu". Kutitipkan sepatu puma berwarna coklat milikiku, ke penitipan sepatu, tak lagi kukenal siapa yang menjaga tempat sepatu itu, diberikanlah kepada ku sebuah kartu yang mirip denga credit card berwarna hijau toska sebagai tanda bukti penitipan sepatuku.

Berjalan kembali diriku untuk mengambil air wudhu, "laa ilaaha illalallahu. ." azan pun usai, lantai keramik putih itu sudah diganti sepertinya, dengan lantai yang lebih kokoh dan berwarna sawo matang, Basuhan wudhu terakhir ku ke jari kaki kelingking bersamaan dengan bunyi microphone yang sedang di nyalakan, aku pun bergegas menaiki tangga masjid untuk mengikuti ritual Shalat zuhur ini.

Terperanjat diriku melihat pemandangan yang hampir tidak bisa aku bayangkan 10 tahun silam, jamaah zuhur sangat berlimpah, hingga ke koridor masjid, balkon lantai dua dipenuhi muslimah-muslimah yang juga dengan rapat menjaga keutamaan shaff berjamaah. Aku berpikir, kawan, mungkin itu mengapa banyak mahasiswa yang terburu-buru menuju masjid, saat ini, hukuman bagi mahasiswa yang telat hadir shalat berjamaah adalah tidak mendapatkan shaff pertama. Subhanallah, kuulangi kawan, hukuman yang mereka khawatirkan jika telat bergabung dalam shalat berjamaah adalah tidak mendapat tempat shalat di shaff pertama.

Aku pun terpaksa shalat di koridor selatan masjid, siku-ku sangat dekat dengan tembok pembatas, karena jamaah mencoba mengisi setiap millimeter ruang yang ada dengan baik. Sebuah kebiasaan yang ditempa di masjid kampus ku, teringat saat masih kuliah dulu, imam masjid tidak mau memulai jika shaff tidak kunjung rapat.

"rapatkan shaff shalat, ujung kelingking menempel kelingking sebelahnya dan pundak menempel pundak. Pastikan shaff rata dan lurus. Sebaik-baik nya shaff untuk pria adalah shaff pertama, sebaik-baiknya shaff untuk perempuan adalah shaff yang paling belakang. Penuhi dahulu shaff terdepan, pastikan tidak ada celah yang ada, shaff selanjutnya dimulai dari tengah. Rapatkan dan luruskan"

Kata-kata rutin yang senantiasa di ulang, dan tanpa sadar aku pun melakukan hal yang sama jika menjadi imam shalat.

Shalat pun dimulai, hening, tenang, tidak ada suara pedagang, tidak ada klakson mobil atau motor, yang ada hanya kicauan burung dan hembusan angin yang membuat sengatan matahari tak terasa pedihnya. Sesekali aku mendengar hentakan kaki pria dewasa yang tergesa-gesa bergabung dalam jamaah; sial aku telat, mungkin itu kata-kata yang ia ucapkan dalam hati, meratapi dirinya yang gagal mendapat shaff pertama.

"Assalamualaikum warahmatullah" imam mengakhiri shalat dengan salam yang menggetarkan hati, terasa dalam suaranya ia enggan berhenti dari suatu momen untuk berkomunikasi dengan Rabb. Zikir dan do'a aku lantunkan dalam hati setelah salam ku, seperti biasa aku menutup mataku dalam do'a setelah shalat. Tidak melihat situasi sekitar. Sekitar 5 menit lamanya aku mencoba mencurahkan isi hati ku pada Allah, mengucapkan syukur karena diizinkan kembali ke kampus ini, tempat aku belajar dan mengenal dakwah Islam.

"Alhamdulillah" , kalimat tahmid ini menutup do'aku seraya membuka kelopak mata dan bergegas mengambil kacamata. Kulihat kanan dan kiri, dan lagi-lagi aku terkejut dengan pemandangan yang aku lihat lagi saat ini, koridor masih penuh jamaah, hanya sebagian yang telah meninggalkan masjid, dan kulihat di shaff belakang ada rombongan jamaah kedua yang menjalankan shalat, aku yakin mereka bukan telat datang, akan tetapi kapasitas masjid yang terbatas memaksa mereka harus shalat di kloter kedua ( istilah yang kami buat saat masih mahasiswa ).

Aku melihat kedepan, seorang lelaki berkaus kerah warna putih, dan dipadu dengan jeans biru serta mengenakan gelang karet sedang membaca Qur'an dengan baik. Di belakangku, tampak mahasiwa high class, yang bisa aku di identifikasikan dari kemeja hitam versacce dan celana coklat tua bermerek arbercrombie, ia sedang sibuk membaca Qur'an melalui layar PDA nya, tipe HP iPaQ seri terbaru, aku mentaksir harganya mencapai 8 juta saat ini.

Diseberang sana, di dalam ruang utama, ada 2 orang bercelana bahan hitam dan di padu dengan kemeja, serta berjenggot tipis, kader dakwah ini pastinya , aku tersenyum dalam hati. Mereka sedang mengecek hafalan Qur'an satu sama lain.

Indahnya kawan, sangat indah, tiba-tiba aku masuk dalam ruang fantasiku, aku membayangkan, bukan, aku menjadi teringat diriku sendirian di ruang utama masjid kampusku, tak banyak orang saat itu, aku mati-matian menghafal an-naba sendirian, karena malamnya aku harus menyetornya ke murrobi ku, kejadian itu tingkat satu kalau tidak salah, atau ketika tingkat 2, aku bersandar di dinding masjid yang tanpa pilar ini, sendirian ( lagi-lagi ) mencoba menghafal al muzzamil , teringat hari itu hujan lebat, menghafal al muzzamil dalam keadaan hujan menjadi romantika tersendiri bagi diriku.

Allahu akbar yaa Al Aziz, lantutan ayat-ayat mu saling sahut menyahut, saling di lantunkan di masjid ini, di masjid kampus yang akan mencetak banyak sekali pejuang-pejuang peradaban masa depan.

Aku beranjak setelah membaca mushaf ku sekitar 4 halaman, kebiasaan yang sejak kuliah aku coba bangun. Pukul 12.30 saat itu, aku beranjak mengambil sepatu ku, dan berjalan menuju gerbang kampus, dan melihat time planning ku di PDA ku, ;

12..45 ; bertemu ketua prodi planologi ( labtek IX A planologi )
16.00 ; afternoon coffee meet with presiden mahasiswa ( campus centre )
19.30 ; bertemu aktifis dakwah kampus / sarasehan and dinner ( masjid kampus )
Tiga agenda ini akan mengisi hariku di kampus penuh kenangan dan romantika hidup yang tak tergantikan.

Langkah ku menuju gerbang utama kampus disambut dengan baliho besar kegiatan-kegiatan mahasiswa. Tiga baliho di sebelah kanan dan empat baliho di sebelah kiri gerbang utama. Tertera di sana beberapa kegiatan; symposium energy nasional, student entrepreneur expo, kolaborasi seni nusantara, bakti desa : sebuah kontribusi kecil untuk bangsa, penyambutan mahasiswa baru oleh lembaga dakwah kampus, Training ESQ , dan sebuah pengumuman resmi dari rektorat. Kupandangi satu per satu baliho megah ini. lagi-lagi terlintas memori mendirikan baliho ditengah hujan dengan bambu yang seadanya dan alat seperlunya.

Sambil berjalan aku mendengar percakapan mahasiswa mahasiswi yang berpapasan denganku ;
"alhamdulillah, UTS ku dapat 95" ucap seorang mahasiswa tingkat 1

"Besok Quiz, aku harus shalat tahajud mala mini" bisik seorang mahasiswi ke sahabatnya

"waa, barokallah, senangnya ya sidang lulus" di iringi senyum menawan yang ikhlas dari seorang mahasiswi

"nanti malam mentoring jam berapa ?" Tanya seorang mahasiswa kepada temannya

"eh katanya besok sabtu ada mabit yah di masjid kampus" seorang mahasiswa sedang menelpon temannya

"assalamualaikum ukhti, gimana tilawahnya hari ini?" dua orang mahasiswi berjilbab saling bersalaman dan saling menyapa ramah

"bro, udah hafal juz 30 belum ? pekan depan harus setoran nih" seorang mahasiswa memotivasi sahabatnya

Lagi-lagi termenung dalam langkah, gila ini kampus, macem pesantren aja pembicaraannya. Tidak ada gossip, tidak ada cacian ke dosen, tidak ada pembicaraan tidak berbobot, tidak ada kata-kata kotor dan tidak ada raut muka jarang shalat rupanya.

Aku tersenyum dalam perjalanan ku, mengucap rasa syukur yang mendalam kepada Allah; ya Rabb, sungguh indah janjiMu, terima kasih atas pertolongan yang Engkau berikan kepada kampusku ini.

Aku terus melangkah ke dalam kampus, langkah pelan namun pasti sambil mengamati perubahan demi perubahan yang terjadi selama 10 tahun ini. tiba-tiba pundakku di tabrak seorang mahasiswa yang sedang mendengarkan music melalui iPod dan tak sengaja terlepas earphone nya, , lalu terdengarlah lantutan Qur'an dari iPod mahasiswa itu."punten mas, maaf, saya sedang menghafal musik yang saya dengar" begitu kata mahasiswa tersebut dengan rendah hati. Dalam hati aku menjawab, musik atau ayat Qur'an mas !. Kawan, jika kamu melihat mahasiswa yang menabrakku ku tadi, pasti kamu tak akan menyangka pria ini sedang menghafal Qur'an, tidak tampak dari nya sosok aktifis dakwah yang selama ini kita kenal dan gemar menghafal Qur'an. Dan aku berkata kembali dalam hati, subhanallah, kalau mahasiswa biasanya aja menghafal Qur'an bagaimana para kader dakwahnya, pada hafidz mungkin yah?.

Gerombolan muslimah berjilbab dan yang berjilbab aku lihat di sebelah kiri pandanganku, mereka berjalan bersama dan saling bercerita bahagia satu sama lain, sepertinya para muslimah berjilbab sudah bisa merangkul para muslimah yang belum berjilbab. Dalam gerombolah itu tampak, perempuan potongan hongkong, seorang lagi dengan rok serta atasan kemeja dengan rambut yang tampak sehabis di re-bonding, seorang lagi perempuan tomboy, aku bisa mengenalinya karena rambutnya yang seperti cowo, dan seorang lagi perempuan berpakaian seadanya, tapi ia tampak paling antusias mendengar kawannya yang berjilbab lebar bercerita.

Di sekitar lapangan tengah kampus, aku melihat sekitar delapan kelompok mentoring sedang duduk melingkar di bawah angin sepoi-sepoi dan daun yang berguguran. Ada kelompok yang tampaknya memiliki mentor yang sangat semangat, aku tertawa melihatnya, anggota kelompok mentoringnya tampak serius memperhatikan sang mentor bercerita. Di sisi lain ada kelompok yang tenang, dan ditengah nya tersedia brownies kukus bandung sebagai pengikat mentoring mereka, disisi lain, ada kelompok yang sedang mengadakan simulasi, cukup heboh kelompok yang satu ini, anak SR kutaksir sepertinya.

Di lain sudut ada kelompok muslimah yang menjalankan mentoring, tampak teteh yang lembut sedang memberikan nasehat kepada anggota mentoringnya. Tidak ada satupun darinya yang mengenakan jilbab, hanya teteh nya saja.

Aiih, sungguh indah pemandangan ini, apalagi jika kawan perhatikan apa yang saya lihat, beberapa mahasiswa duduk-duduk di bangku taman sambil membaca Al Qur'an, sebagian membaca buku dengan serius, ada pula yang tiduran di bangku taman sambil murajaah hafalannya. Serta ada sebagian lain yang berdiskusi serius satu sama lain.

Hingga tibalah aku ke gedung perkuliahan ku yang dulu, rupanya masih sama, bangunan enam lantai berbentuk landmark Jawa Barat, Tangkuban Parahu. Sebelum menaiki lift menuju ruang kepala program studi, aku mengintip ruang kuliah yang berada tepat di depan lift, ruang kuliah berkapasitas 100 orang itu tampak sama dari segi fisik, tapi aku merasakan ada hal yang beda saat itu, aku mencoba berpikir, kawan, apa yang beda ?

Ternyata memang beda, mahasiswa dan mahasiswi tidak lagi duduk bercampur, mereka terpisah oleh jarak sekitar satu bangku, mahasiswa di sebelah kanan dan mahasiswi di sebelah kiri. Mereka semua sibuk mencatat dengan menggunakan laptop yang mereka miliki, memperhatikan dosen yang dengan semangat menjelaskan bagaimana politik dapat mempengaruhi perencanaan suatu wilayah.

Tampak oleh ku, papan tulis itu dihiasi dengan lafadz basmallah di bagian atas tengah. Sesekali sang dosen mengaitkan apa yang ia sampaikan dengan ayat yang adi Al Qur'an. "perencanaan ini adalah sebuah keharusan bagi sebuah negara, walau ada ilmuwan yang berpandangan, doing nothing is planning, tapi Allah pernah berfirman dalam Ar Rdbu ayat 11 bahwa Ia tidak akan mengubah keadaan sebuah kaum kecuali kaum itu berusaha untuk mengubahnya, . Jadi jika perencanaan itu tidak dilakukan, maka sama saja kita anti perubahan" begitulah ungkap dosen tersebut dengan intonasi yang membuat setiap orang memperhatikannya, dan membuat jentik jemari kita siap siaga untuk mencatat setiap kata yang terlontar dari mulutnya.

Aku melihat ke ujung lorong gedung ini, kuingat bahwa di situ ada secretariat himpunan mahasiswa program studi ku, kucoba menghampiri dengan rasa ingin tahu, perubahan apa yang telah terjadi.

Mading ucapan ulang tahun masih sama seperti dulu, aku membaca salah satu pesan yang ada di madding ucapan ulang tahun itu, aku terbelalak melihat kata-kata ucapan yang ada.

"selamat milad, semga semakin dekat dengan Allah"

"met ulang tahun yah ! semoga semakin dewasa dan bertambah ketaqwaannya"

"happy b'day my bro, people love you my man, and hope Allah also love you too"

"met lamet kk, sukses dunia dan akhirat"

Hmhm… tersenyum sendiri diriku membacanya, lalu, di samping madding selamat ulang tahun ada madding lagi, disana di tuliskan kata-kata bijak yang membuat orang yang membacanya tergugah dan termotivasi. Kata-kata dari hadits Rasul, potongan ayat atau sajak arab kuno, dan ada pula quotes dari orang hebat, Donald trump,bung hatta, dan barrack obama tertulis disana. Aku meyakinkan diri bahwa pesan kata bijak ini member nilai tersendiri bagi mading ini..

Memasuki ruang himpunan, aku mendengar seseorang sedang melantunkan Al Qur'an, kulihat sekeliling, ada yang sedang mengerjakan tugas, ada yang sedang rapat kaderisasi. Aku mendengar bahwa mereka sedang menyusun kurikulum mentoring agama untuk di masukan dalam sistem kaderisasi mahasiswa baru. Bahkan, taukah kamu kawan, ada seorang peserta rapat menyeletuk, "gimana kalau kita buat standar ibadah harian untuk para peserta kaderisasi yang muslim".

Tak berlama-lama aku mengabiskan waktu di himpunan, sudah pukul 12.45, aku harus bergegas ke ruang ketua program studi. Setiba aku ke ruang ketua program studi aku disambut bak anak yang kembali dari perantauan. Kita berbicara sejenak mengenai disertasi S-3 ku yang mendapat hasil sangat memuaskan."sudah bapak bilang, mahasiswa Indonesia itu cerdas-cerdas, sungguh kamu buat bapak bangga, rekan saya di sana memuji habis teori kamu tentang integras pengelolaan kawasan pesisir, sungguh orisinal". Pembicaraan berlanjut tentang kondisi keislaman kampus, beliau lagi-lagi berkata "saya juga sangat senang dengan kondisi Islam di kampus sekarang ini, para aktifis dakwah nya adalah yang terbaik secara akademik di kelas, hampir seluruh asisten praktikum di isi oleh orang-orang masjid itu, dan mereka juga cerdas. Tingkat mencontek di kelas turun drastis, mahasiswa menunjukkan hormatnya pada dosen, dan proses triple loop learning berjalan dengan baik"

Pembicaraan kami semakin menarik dan tak terasa sudah pukul 15.00, saya pun berpamitan dengan beliau, dan beliau pun juga harus mengajar pukul 15.30. "sekarang jadwal kuliah tidak boleh berbentrokan dengan jadwal shalat, ini kebijakan rektor baru" dalam hati aku berkata kembali, seperti nya pak rector sudah berafiliasi kepada Islam.

Aku kembali ke masjid kampus, dan melihat mahasiswa berjalan cepat menuju masjid, sangat banyak jumlahnya, seperti jamaah haji yang hendak melempar jumrah. Aku pun shalat ashar, dan setelah itu aku menuju campus centre.

Aku sengaja tiba lebih awak 15 menit dari waktu yang dijanjikan karena ingin bernostalgia dengan campus centre, maklum sewaktu tingkat empat, aku bersama teman teman di badan eksekutif mahasiswa memperjuangan campus centre agar menjadi student centre secara fungsional, dan sepertinya cita-cita itu bisa aku lihat terwujud saat ini.

Duduk aku sendiri di anak tangga campus centre, lagi-lagi aku memperhatikan tingkah laku mahasiswa yang ada disana. Ada kumpulan mahasiswa sedang rapat dalam bentuk melingkar, akan tetapi ada batas antara pria dan wanita. Aku melihat sepasang mahasiswa dan mahasiswi yang berpapasan, mereka saling menyapa tapi tidak bersentuhan satu sama lain. Sepertinya budaya salaman berlawanan jenis sudah tidak popular lagi.

Di seberang sana, juga ada kelompok mahasiswa yang sedang mentoring, sepertinya sang mentor sedang mengajarkan cara membaca Al Qur'an yang baik kepada para peserta mentoring. Lapangan basket pun tampak ramai, ada yang berubah kawan, bukan lapangannya, tapi para pemain basket mengenakan celana di bawah lutut, bukan celana panjang memang, tapi aku yakin aurat mereka telah tertutup.

Tak lama kemudian, sang presiden mahasiswa datang, "kak yusuf" ia menyapa. "Ya, saya presiden mahasiswa kak," ia melanjutkan kalimatnya diiringi salam yang hangat dari beliau. Saya memperhatikan anak ini, pakaiannya casual, paduan celana jeans dan kemeja putih lengan panjang, aku menilik ke dalam saku kemejanya, ada mushaf kecil di dalamnya. Subhanallah, presiden mahasiswa kampusku seorang yang dekat dengan Qur'an. Kami pun berbicara tentang berbagai hal, dimulai dari kenalan singkat, pembicaraan mengenai kisah mahasiswa dan perjuangannya masa lalu, dilanjutkan dengan kondisi saat ini, dan pada bagian ini ia bercerita dengan semangat.

"kampus ini sekarang bisa dikatakan tiada hari tanpa ta'lim, ya karena hampir setiap hari ada lembaga dakwah program studi yang mengadakan ta'lim. Mahasiswa pun sudah menyadari perannya dan kapasitasnya dalam kontribusi kepada masyarakat. Saat ini Indonesia bisa merasakan manfaat kemahasiswaan dengan nyata" ia bercerita dengan bangga dan menggebu-gebu. Aku pun terbawa oleh arus kisahnya itu, sangat membanggakan memang.

"mahasiswa pun sudah tersadari bahwa Agama adalah suatu yang integral dengan kehidupan sehari-hari. Para ketua himpunan dan unit saat ini pun juga mempunyai ta'lim khusus untuk mereka, isinya di sesuaikan dengan kebutuhan mereka sebagai pemimpin". Sepertinya lembaga dakwah kampus sudah berhasil menanamkan nilai Islam dengan baik. Pembicaraan kami akhirnya masuk ke inti pembahasan, yakni ia meminta saya untuk mengisi di sebuah acara diklat aktifis kampus yang akan di selenggarakan satu bulan lagi.

Magrib pun tiba, masjid kampus menjadi tempatku berteduh kembali, setelah ibadah magrib, aku berencana menghabiskan target tilawah ku yang ku targetkan 2 juz satu hari, tinggal 6 halaman lagi, bisalah 10 menit selesai. Ternyata aku tak sendirian membaca Al Qur'an saat itu. Mahasiswa sepertinya mengalokasikan waktu diantara magrib dan isya untuk memaksimalkan interaksi dengan Qur'an, kebanyakan dari mereka tilawah dan murajaah. Tidak banyak yang meninggalkan masjid untuk makan malam atau pulang ke kost. Mereka benar-benar telah memilih untuk mengisi waktu diantara shalat ini untuk mengisi kembali semangat mereka dalam beraktifitas dengan cara yang sangat mulia, berinteraksi dengan Qur'an.

Isya berkumandang, aku pun shalat berjamaah kembali, sungguh nikmat hari ku ini. setelah sekian lama berkelana demi gelar Ph.D aku akhirnya bisa merasakan Shalat berjamaah empat kali di kampus ku, dengan bacaan imam yang panjang nan merdu, membuat para jamaah hanyut dalam do'a dan komunikasi kepada Allah. Seperti sendiri di padang pasir, tak ada yang melihat, hanya aku dan Rabb ku, sangat terasa menggetarkan hati setiap untaian ayat yang diucapkan imam.

Fabi ayyiaa laa irabbikumaa tukadzibaan, lantutan Ar Rahman ini membuat separuh jamaah menangis, aku rasa mereka mahfum terhadap makna dari ayat ini. Shalat Isya pun usai, dan aku mempersiapkan diri untuk janjiku yang terakhir hari ini.

Tak lama setelah shalat rawatib , pundakku ditepuk dari belakang, "akh yusuf, bagaimana kabarnya, pertemuan kita di sekre saja kak, teman-teman sudah menunggu disana" kami pun berangkulan seakan kawan lama yang bertemu kembali, lalu bersama menuju sekre. Sekre yang membesarkan namaku 10 tahun silam.

Aku memasuki gedung kayu itu, sekre nya masih di lantai dua, Cuma saat ini tampak lebih besar rapih. Aku masuk dan bersalaman dengan sekitar delapan pengurus lembaga dakwah kampus lainnya. Aku mencoba melihat sekeliling, ada beberapa piagam mengisi pelatihan, dan aku memperhatikan dengan seksama buku dalam rak buku yang tersusun rapih, aku melihat buku-buku tulisanku dulu tentang dakwah kampus masih di simpan dengan baik di rak itu. Romantika masa lalu, aku pun teringat pada kawan-kawan seperjuangan ku di kampus, 3,5 tahun di lembaga dakwah kampus dan 1 tahun di badan eksekutif mahasiswa membuat aku memiliki cukup modal untuk berjuang melewati dunia nyata.

Pertemuan malam itu dengan kawan-kawan dari lembaga dakwah kampus adalah sebuah kenangan tersendiri bagi hidupku kawan, aku seakan 10 tahun lebih muda, aku seakan memasuki suatu dunia khayal baru, ketika mereka menceritakan kesuksesan mereka. Rencana besar mereka yang akan menjadi tuan rumah international Islamic student conference tahun depan, lalu mereka memperlihatkan suatu sistem memuat controlling 600 kelompok mentoring di kampus , mereka juga denga bahagia memperlihatkan dokumentasi acara mereka yang selalu di hadiri banyak mahasiswa.

Malam itu sangat indah kawan, dan kalimat terakhir dari mereka sebagai ungkapan perpisahan malam itu dan ucapan selamat datang kembali bagi saya.

"ahlan wa sahlan Pak Yusuf, kami harap kita bisa membuat legenda dakwah kampus bersama"

------------ ----
Ya kawan, kita akan selalu berjuang bersama
Kita akan buat legenda kita bersama
------------ ----

Ini adalah mimpi ku kawan, bukan khayalan belaka tetapi sebuah cita-cita mulai.
Kawan, apakah kamu bisa merasakan keindahan yang kurasakan ? rasakanlah kawanku, rasakan keindahan ini…


ridwansyah yusuf achmad
urban and regional planning
school of architecture, planning, and policy development
bandung institue of technology
head of GAMAIS ITB
director of LDK Management Learning centre
blog http://ridwansyahyu sufachmad. wordpress. com
email : ridwansyahyusuf@ gamais.itb. ac.id
email : yusuf_ahdian@ yahoo.co. id
mobile phone : 0818 09 97 37 67

Mom, I Love U

Mom or Mother is a gorgeous word, it has the magic effect, thus, whwn we feel sad and our heart ishurt we always call "mom". It cause mom is everything for us, mom is female celestial being of exceeding beauty, her gaze is like the light of heart.

A poem of Mom
Mom...
There is narrow river in your cheek,
The sea has a laugh in your face
Tears and smile by colour line
between happiness and heartbreak

Mom...
Across the stony ridges...
Across the sand of sacrifice
you are like my soul...

Thank's God that You give us mother who care and love us without axpect a reward, so as the children we have to make her happy and don't miss to say "Happy Mother Day"
(Nurwazzahra)

(Buletin LDK Ummul Fikroh, Edisi hari Ibu)

Puisi buat Bunda

IBU

Ibu... pelangi kehidupan
warna-warninya hiasi diriku (Ade/TH/III)

Ibu... tanpamu
aku bukan apa-apa bagimu
tetes peluh ibu dikeningnya
akan selalu menjadi mutiara
Darah, keringat, air mata ada pada tubuh saya
Semoga egkau menjadi bidadari di surga nanti (Muja/Ekis/III)

Selasah lembayung telah merajut asaku
mengenang harumnya langkahmu
redup arah pandanganmu Ibu, bagai nilam yang bersinar
kau selalu menuntunku
di setiap lukisan hidupku
Aku sayang padamu wahai Ibu... (Nuryatiningsih/PAI/V)

Perempuan mulia setia
menemani hari-hari
Bunga wangi yang tak pernah habis madunya
Engkaulah bidadri surga, Ibuku..
Ibu..
Walau kau tak terucap kata sayang di bibirku
walau tak terlontar kata cinta untukmu
Namun percayalah, Ibu Aku Mencintaimu (Syarifah/PAI/III)

Tatkala kusedang tertidur
kau selalu menjagaku
tak pernah mengeluh kesah (Diki F/Mua/V)

(Buletin LDK Ummul Fikroh, edisi hari Ibu)