Senin, 09 Agustus 2010

Marhaban Ya Ramadhan



Saudaraku..
tak trasa detik telah berganti menit..
menit berganti jam..
dan jam pun telah meregang masa dengan mengganti hari...

Ramadhan pun tiba..
Inilah sajian Alloh yang disuguhkan kepada kita semua..
dengan kasih sayang, keberkahan, dan ampunan-Nya

Mari bersihkan hati dengan saling memaafkan kepada sesama..

MARHABAN YA RAMADHAN

Kamis, 05 Agustus 2010

Ikhtiar Beriring Keiklasan

Ikhtiar adalah usaha seseorang dan  usaha yang benar adalah usaha yang sungguh-sungguh (jiddiyah). Usaha yang sungguh-sungguh ini ditandai dengan adanya pengorbanan (tadhiyyah). Jika kita ingin mengukur seberat apa usaha yang sudah kita lakukan, mudah saja.. sudah seberapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan? Pengorbanan punya banyak jalan. Pengorbananmu bangun malam untuk shalat dan belajar, pengorbananmu untuk menahan rasa kantuk demi mendapatkan materi kajian, dan banyak lagi. 

"(yaitu) kamu beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS.Ash-Shaff:11)
Semestinya kesungguhan ini dilakukan dalam berbagai keadaan. Artinya kesungguhan (jiddiyah) yang dilakukan secara terus-menerus (istimrariyah), baik dalam keadaan ringan ataupun berat, keadaan lapang maupun sempit,  di kala mudah maupun susah, dikala senang maupun sedih. Jadi, ibadah sunnah bukan cuma di waktu luang saja... Anggap saja ibadah sunnah yang kita lakukan ketika kondisi kita sedang MALES BANGET adalah sebagai kesungguhan dan pengorbanan kita ketika kita sedang dalam keadaan berat.
"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Alloh. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS.At taubah:41)
Kesungguhan (jiddiyah) yang disertai pengorbanan (tadhiyyah) apabila dilakukan secara berkesinambungan atau terus-menerus (istimrariyah) maka buahnya adalah KERJA yang PROFESIONAL (itqanul amal) atau IKHTIAR maksimal yang bisa kamu lakukan. Ketiga elemen ini apabila dilakukan secara simultan makan akan menghasilkan suatu ENERGI besar bagi seseorang dalam berikhtiar.



Sudah berikhtiar, selanjutnya belajar untuk ikhlas...
Ciri-ciri dari orang yang memiliki keikhlasan diantaranya :


1. Hidupnya jarang sekali merasa kecewa.
Orang yang ikhlas, dia tidak akan pernah berubah sikapnya seandainya disaat dia berbuat sesuatu kebaikan ada yang memujinya, atau tidak ada yang memuji/menilainya bahkan dicacipun hatinya tetap tenang, karena ia yakin bahwa amalnya bukanlah untuk mendapatkan penilaian sesama yang selalu berubah tetapi dia bulatkan seutuhnya hanya ingin mendapatkan penilaian yang sempurna dari Alloh SWT.


2.Tidak tergantung / berharap pada makhluk.
Sayyidina ’Ali pun pernah berkata, orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dia sama sekali tidak akan pernah mengharapkannya, karena setiap kita beramal hakikatnya kita itu sedang berinteraksi dengan Alloh, oleh karenanya harapan yang ada akan senantiasa tertuju kepada keridhaan Alloh semata.


3.Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil.
Diriwayatkan bahwa Imam Ghazali pernah bermimpi, dan dalam mimpinya beliau mendapatkan kabar bahwa amalan yang besar yang pernah beliau lakukan diantaranya adalah disaat beliau melihat ada seekor lalat yang masuk kedalam tempat tintanya, lalu beliau angkat lalat tersebut dengan hati-hati lalu dibersihkannya dan sampai akhirnya lalat itupun bisa kembali terbang dengan sehat. Maka sekecil apapun sebuah amal apabila kita kerjakan dengan sempurna dan benar-benar tiada harapan yang muncul pada selain Allah, maka akan menjadi amal yang sangat besar dihadapan Alloh SWT.


4. Banyak Amal Kebaikan Yang Rahasia.
Mungkin ketika kita mengaji dilingkungan orang banyak maka kita akan mengaji dengan enaknya, lama dan penuh khidmat, ketika kita shalat berjamaah apalagi sebagai imam kita akan berusaha khusyu dan lama, tapi apakah hal tersebut akan kita lakukan dengan kadar yang sama disaat kita beramal sendirian? apabila amal kita tetap sama bahkan cenderung lebih baik, lebih lama, lebih enak dan lebih khusyuk maka itu bisa diharapkan sebagai amalan yang ikhlas. Namun bila yang terjadi sebaliknya, ada kemungkinan amal kita belumlah ikhlas.


5. Tidak membedakan antara bendera, golongan, ras, atau organisasi.
Fitrah manusia adalah ingin mendapatkan pengakuan dan penilaian dari keberadaannya dan segala aktivitasnya, namun pengakuan dan penilaian makhluk, baik perorangan, organisasi atau instansi tempat kerja itu relatif dan akan senantiasa berubah, banyak orang yang pernah dianggap sebagai pahlawan namun seiring waktu berjalan adakalanya berubah menjadi sosok penjahat yang patut diwaspadai. Maka tiada penilaian dan pengakuan yang paling baik dan  yang harus senantiasa  kita usahakan adalah penilaian dan pengakuan dari Alloh SWT.


Begitu besar pengaruh orang yang ikhlas itu, sehingga dengan kekuatan niat ikhlasnya mampu menembus ruang dan waktu. Seperti halnya apapun yang dilakukan, diucapkan, dan diisyaratkan Rosulullah, mampu mempengaruhi kita semua walau beliau telah wafat ribuan tahun yang lalu namun kita senantiasa patuh dan taat terhadap apa yang beliau sampaikan. Bahkan orang yang ikhlas bisa membuat iblis (syaitan) tidak bisa banyak berbuat dalam usahanya untuk menggoda orang ikhlas tersebut. Ingatlah, apapun masalah kita kita janganlah hati kita sampai pada masalah itu, cukuplah hanya ikhtiar dan pikiran saja yang sampai pada masalah tersebut, tapi hati hanya tertambat pada Alloh SWt yang Maha Mengetahui akan masalah yang kita hadapi tersebut. Semoga Alloh SWT membimbing kita pada jalan-Nya sehingga kita bisa menjadi hamba-Nya yang ikhlas. Amiin.

Senin, 02 Agustus 2010

Kader adalah wajah LDK

Smile and Shinning

Ada dua buah kisah yang ingin saya sampaikan. Pertama, di sebuah siang hari di kota Jakarta, terjadi kemacetan yang sangat hebat di wilayah pusat kota. Saat itu seorang wanita membawa mobil seorang diri. Mungkin karena panas dan dirinya sedang penat akibat macet, ia tidak sengaja menabrak mobil di depannya. Kota Jakarta yang keras membuat pemilik mobil yang tertabrak turun dari mobil dan mendatangi wanita tersebut. Akan tetapi dengan kekuatan pengendalian diri yang baik, perempuan itu menghadapi pemilik mobil yang ditabraknya, seorang pria besar mendatangi wanita itu dengan marah-marah. Tidak dengan emosi, tapi dengan senyuman yang lebar, wanita itu meminta maaf. Karena senyuman inilah, hati pria tersebut melunak, dan sepakat tidak memperpanjang masalah.

Kisah kedua, Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Singapura, teringat sebuah pemandangan yang menurut saya, hasil didikan yang baik dari pihak manajemen hotel ke seorang receptionist . Saya melihat seorang receptionist terlibat sedikit konflik dengan tamu hotel, saya melihat dari jauh, dan tampak tamu hotel tersebut complain akibat misscommunication. Konflik dapat ia selesaikan dengan sedikit ancaman dari tamu hotel tersebut, yang membuat saya takjub adalah, sang receptionist tersebut bisa melayani tamu hotel selanjutnya dengan senyum lebar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Dari dua kisah ini saya melihat ada kekuatan tersendiri serta pencitraan yang ramah dan lembut dengan kekuatan senyuman yang lebar dan bercahaya. Senyuman pula yang membuat hati ini senantiasa berbahagia dalam keadaan sulit sekalipun. Sebuah perusahaan jasa mendidik staffnya untuk selalu tersenyum agar pelayanan yang diberikan bisa maksimal.

Kader dakwah butuh memiliki senyuman yang ikhlas. Kekuatan senyuman ini kadang lebih kuat ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun semalaman. Diskusi saya belum lama ini dengan salah seorang ketua himpunan memberikan saya masukan bahwa ternyata mahasiswa ini butuh kader kita yang ramah dan lembut dan kerap menyapa dan mengajak mahasiswa lain untuk kebaikan. Mereka butuh disapa, mereka butuh di datangi dan mereka butuh untuk diajak dengan keramahan dan kelembutan diri seorang kader.

Sahabat aktifis LDK di seluruh Indonesia, seringkali LDK menjadi tidak berkembang karena bingung merangkai sebuah agenda. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa berapa banyak agenda yang dibuat tidak menjadi parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan dan meningkatnya kapasitas serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama. Seringkali pula kita terlalu mengandalkan media-media mahal sebagai alat publikasi, padahal kita punya kader LDK yang bisa digunakan untuk media promosi paling baik untuk LDK.

Kader adalah wajah sebuah LDK. Baiknya citra kader maka baiklah citra LDK, buruknya citra kader maka buruk pula citra LDK. Untuk itulah pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan. Karena kader lah yang membuat LDK maju atau mundur.

----------
diambil dari tulisan Ridwansyah yusuf Achmad
dari Buku Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus
Source: http://ridwansyahyusufachmad.wordpress.com
Terinspirasi dari pelayan starbucks dan receptionist hotel di Singapura, serta pemikiran seorang Rendy Saputra ( ketua majelis syuro GAMAIS ITB )