Smile and Shinning
Ada dua buah kisah yang ingin saya sampaikan. Pertama, di sebuah siang hari di kota Jakarta, terjadi kemacetan yang sangat hebat di wilayah pusat kota. Saat itu seorang wanita membawa mobil seorang diri. Mungkin karena panas dan dirinya sedang penat akibat macet, ia tidak sengaja menabrak mobil di depannya. Kota Jakarta yang keras membuat pemilik mobil yang tertabrak turun dari mobil dan mendatangi wanita tersebut. Akan tetapi dengan kekuatan pengendalian diri yang baik, perempuan itu menghadapi pemilik mobil yang ditabraknya, seorang pria besar mendatangi wanita itu dengan marah-marah. Tidak dengan emosi, tapi dengan senyuman yang lebar, wanita itu meminta maaf. Karena senyuman inilah, hati pria tersebut melunak, dan sepakat tidak memperpanjang masalah.
Kisah kedua, Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Singapura, teringat sebuah pemandangan yang menurut saya, hasil didikan yang baik dari pihak manajemen hotel ke seorang receptionist . Saya melihat seorang receptionist terlibat sedikit konflik dengan tamu hotel, saya melihat dari jauh, dan tampak tamu hotel tersebut complain akibat misscommunication. Konflik dapat ia selesaikan dengan sedikit ancaman dari tamu hotel tersebut, yang membuat saya takjub adalah, sang receptionist tersebut bisa melayani tamu hotel selanjutnya dengan senyum lebar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
Dari dua kisah ini saya melihat ada kekuatan tersendiri serta pencitraan yang ramah dan lembut dengan kekuatan senyuman yang lebar dan bercahaya. Senyuman pula yang membuat hati ini senantiasa berbahagia dalam keadaan sulit sekalipun. Sebuah perusahaan jasa mendidik staffnya untuk selalu tersenyum agar pelayanan yang diberikan bisa maksimal.
Kader dakwah butuh memiliki senyuman yang ikhlas. Kekuatan senyuman ini kadang lebih kuat ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun semalaman. Diskusi saya belum lama ini dengan salah seorang ketua himpunan memberikan saya masukan bahwa ternyata mahasiswa ini butuh kader kita yang ramah dan lembut dan kerap menyapa dan mengajak mahasiswa lain untuk kebaikan. Mereka butuh disapa, mereka butuh di datangi dan mereka butuh untuk diajak dengan keramahan dan kelembutan diri seorang kader.
Sahabat aktifis LDK di seluruh Indonesia, seringkali LDK menjadi tidak berkembang karena bingung merangkai sebuah agenda. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa berapa banyak agenda yang dibuat tidak menjadi parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan dan meningkatnya kapasitas serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama. Seringkali pula kita terlalu mengandalkan media-media mahal sebagai alat publikasi, padahal kita punya kader LDK yang bisa digunakan untuk media promosi paling baik untuk LDK.
Kader adalah wajah sebuah LDK. Baiknya citra kader maka baiklah citra LDK, buruknya citra kader maka buruk pula citra LDK. Untuk itulah pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan. Karena kader lah yang membuat LDK maju atau mundur.
----------
diambil dari tulisan Ridwansyah yusuf Achmad
dari Buku Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus
Source: http://ridwansyahyusufachmad.wordpress.com
Terinspirasi dari pelayan starbucks dan receptionist hotel di Singapura, serta pemikiran seorang Rendy Saputra ( ketua majelis syuro GAMAIS ITB )