Selasa, 07 Desember 2010

Semangat Hijrah, Semangat Perubahan


Bulan Muharram bagi umat Islam dipahami sebagai bulan Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yang sebelumnya bernama “Yastrib”. Sebenarnya  kejadian hijrah Rasulullah tersebut terjadi pada malam tanggal 27 Shafar dan sampai di Yastrib (Madinah) pada tanggal 12 Rabiul awal. Adapun pemahaman bulan Muharram sebagai bulan Hijrah Nabi, karena bulan Muharram adalah bulan yang pertama dalam kalender Qamariyah yang oleh Umar bin Khattab, yang ketika itu beliau sebagai khalifah kedua sesudah Abu Bakar, dijadikan titik awal mula kalender bagi umat Islam dengan diberi nama Tahun Hijriah.

Memang kita bisa merasakan bedanya peristiwa penyambutan tahun baru Masehi dan tahun baru Islam (Hijriah). Tahun baru Islam disambut biasa-biasa saja, jauh dari suasana meriah, tidak seperti tahun baru Masehi yang disambut meriah termasuk oleh masyarakat muslim sendiri. Sebagai titik awal perkembangan Islam, seharusnya umat Islam menyambut tahun baru Islam ini dengan semarak, penuh  kesadaran sambil introspeksi, merenungkan apa yang telah dilakukan dalam kurun waktu setahun yang telah berlalu.

Dalam bahasa Arab, hijrah bisa diartikan sebagai pindah atau migrasi. Tafsiran hijrah disini diartikan sebagai awal perhitungan kalender Hijriyah, sehingga setiap tanggal 1 Muharam ditetapkan sebagi hari besar Islam. Memang, sejak hijrahnya Rasulullah ke Yatsrib, sebuah kota subur, terletak 400 kilometer dari Makkah, Islam lebih memfokuskan pada pembentukan masyarakat muslim yang tidak kampungan dibawah pimpinan Rasulullah.

Jadi inti dari peringatan tahun baru Hijriah adalah pada soal perubahan, maka ada baiknya momen pergantian tahun ini kita jadikan sebagai saat saat untuk merubah menjadi lebih baik. Itulah fungsi peringatan tahun baru Islam.

Ada 3 pesan perubahan dalam menyambut Tahun Baru Hijriah ini, yaitu:

1. Hindari kebiasaan-kebiasaan lama / hal-hal yang tidak bermanfaat pada tahun yang lalu untuk tidak diulangi lagi di tahun  baru ini.

2. Lakukan amalan-amalan kecil secara istiqamah, dimulai sejak tahun baru ini yang nilai pahalanya luar biasa dimata Allah SWT, seperti membiasakan shalat dhuha 2 raka’at, suka sedekah kepada fakir miskin, menyantuni anak-anak yatim, dll.

3. Usahakan dengan niat yang ikhlas karena Allah agar tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak manfaat bagi keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.

Hijrah Spiritual dan Hijrah Amaliah

Bagi kita umat Islam di Indonesia, sudah tidak relevan lagi berhijrah berbondong-bondong seperti jijrahnya Rasul, mengingat kita sudah bertempat tinggal di negeri yang aman, di negeri yang dijamin kebebasannya untuk beragama, namun kita wajib untuk hijrah dalam makna “hijratun nafsiah” dan “hijratul amaliyah” yaitu perpindahan secara spiritual dan intelektual, perpindahan dari kekufuran kepada keimanan, dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah, perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu, dengan mendatangi majelis-majelis ta’lim, perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi, dengan kerja keras dan tawakal.

Pendek kata niat yang kuat untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umat sehingga terwujud“rahmatal lil alamin” adalah tugas suci bagi umat Islam, baik secara indifidual maupun secara kelompok. Tegaknya Islam dibumi nusantara ini sangat tergantung kepada ada tidaknya semangat hijrah tersebut  dari umat Islam itu sendiri.

Semoga dalam memasuki Tahun Baru Hijriah 1432  Hijriyah ini, semangat hijrah Rasulullah SAW, tetap mengilhami jiwa kita menuju kepada keadaan yang lebih baik dalam segala bidang, sehingga predikat yang buruk yang selama ini dialamatkan kepada umat Islam akan hilang dengan sendirinya, dan pada gilirannya kita diakui sebagai  umat yang terbaik, baik agamanya, baik kepribadiannya, baik moralnya, tinggi intelektualnya dan terpuji.

Kesimpulan:

1. Sebagai Muslim yamg taat dengan ajaran agama Islam, hendaklah kita menyambut tahun baru hijriah ini dengan berbuat dan memperbaiki amalan-amalan kita ditahun lalu.

2. Hendaklah menyambut tahun baru ini dengan tidak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan non muslim merayakan tahun baru Masehi janganlah melakukan berbagai kegiatan atau “ibadah” yang tidak dicontohkan oleh Rasulullh SAW.

3. Hidup kita semakin hari semakin berkurang, bukannya bertambah, maka selayaknya kita yang taat pada Allah, mempergunakan kesempatan hidup didunia ini dengan sebaik mungkin. Karena ajal manusia merupakan rahasia Allah, dan jarum jam tidak akan pernah berbalik arah, sudah sepantasnya kita memperbaiki diri kita masing-masing.

Selamat Tahun Baru Hijriah!

sumber: kompasiana.com

Selasa, 23 November 2010

Manajemen Prioritas dalam Dakwah Kampus

Oleh: Hendratno, ST. *)



Hudzaifah.org - Dakwah kampus adalah arena yang penuh dengan aktivitas yang
dinamis, ditengah-tengah miniatur masyarakat kecil, yaitu masyarakat kampus.
Akan ada banyak opsi-opsi yang harus dipilih oleh dakwah kampus dalam
menjalankan roda dakwahnya. Oleh karena itu, penting kiranya kita mengkaji
mengenai manajemen prioritas.

Kajian mengenai Manajemen Prioritas dalam Dakwah Kampus harus didahului dengan
kajian mendalam mengenai Fiqh Prioritas. Jadi, saya menyarankan sebelum membaca
tulisan ini, sebaiknya baca dahulu buku Fiqh Prioritas (Fiqh Aulawiyat) yang
pernah disusun oleh DR. Yusuf Qardhawi.

Mengenai manajamen prioritas dalam dakwah, ada beberapa hal yang menjadi ruang
lingkupnya, agar jelas sudut pandang kita dan tidak terlalu melebar
pembahasannya. Berikut ini adalah ruang lingkupnya.


Follow up:
Aulawiyat (prioritas) yang kita pahami dalam konteks da'wah, bukan memilih
antara iman dan kufur, al-haq dengan yang al-bathil, antara halal dengan yang
haram, antara yang lurus dengan yang menyimpang, atau antara berda'wah dengan
tidak berda'wah. Karena dalam hal ini, sudah jelas bahwa keimanan adalah
keharusan, sedangkan kekufuran harus ditolak, sebagaimana pernyataan Laa ilaaha
illallah yang menolak semua tuhan-tuhan itu, kecuali Allah SWT. Begitu pula
antara al-haq dengan al-bathil, al-haq adalah barisan yang harus kita ikuti,
sedangkan al-bathil harus ditinggalkan. Dan seterusnya.
Aulawiyat di sini adalah dalam hal memilih satu atau sebagian dari sejumlah
perkara yang halal. Lalu dari perkara-perkara halal tersebut, kita memilih mana
yang afdhal dari yang mafdhul, mana yang “ashlah” dari yang sholih.

Dan yang perlu dipahami lagi, memilih sesuatu yang diprioritaskan bukan berarti
meninggalkan atau membatalkan suatu pekerjaan yang baik demi untuk mengerjakan
pekerjaan baik yang lain. Maksudnya adalah mendahulukan mana yang lebih tepat
didahulukan, memberinya lebih banyak alokasi dan dukungan waktu, tenaga serta
sarana lainnya yang diperlukan. Inilah ruang lingkup kita sebagai batasan kajian
Manajemen Prioritas kita.

Aulawiyat merupakan salah satu prinsip fithrah. Dalam Al Qur'an banyak sekali
prinsip-prinsip aulawiyat ini, dimana Allah mendahulukan sesuatu dari sesuatu
yang lain. Contohnya adalah firman Allah berikut ini:

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan." (QS. Al Kahfi: 46)

Ayat di atas menyiratkan bahwa amalan-amalan shaleh adalah lebih baik untuk
diprioritaskan ketimbang perhiasan dunia yang disebutkan sebelumnya. Lalu kita
lihat contoh ayat berikut ini:

"...Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak
(waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan
orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu
(seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)." (QS.
Al Ahzab: 6)

Ayat di atas berkaitan dengan hukum waris, dimana orang-orang yang mempunyai
hubungan darah adalah orang yang lebih berhak didahulukan dalam hal waris
mewarisi.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, berkaitan dengan prioritas dalam hal
ibadah:

"Amal yang afdhal adalah yang lebih kontinyu. Dan shodaqoh yang afdhal
dikeluarkan saat sedang membutuhkan dan terasa besar pengorbanannya." (Hadits)



.:(Prinsip Prioritas dalam Manajemen Dakwah Kampus):.

Dalam mengatur jalannya roda dakwah kampus, diperlukan manajemen. Dan dalam
manajemen digunakan beberapa prinsip, salah satunya prinsip prioritas untuk
memilih beberapa pilihan-pilihan yang berkaitan dengan strategi dakwah kampus
secara umum.

Di antara pilihan-pilihan itu, lihatlah mana yang lebih kuat korelasinya dengan
mempertahankan prinsip dan pilihan mana yang lebih merefleksikan prioritas
syar'iyah. Lalu kita juga musti lihat, di antara pilihan-pilihan itu mana yang
mempunyai perspektif idiologis, mana yang hanya politis, mana yang teknis, dan
mana yang pragmatis. Dalam hal mencapai tujuan dakwah kampus, kita juga harus
lihat jangkauan manfaat yang mungkin dicapai dari pilihan-pilihan itu, mana yang
lebih luas manfaatnya. Lalu lihat juga mana yang lebih didukung oleh
ketersediaan informasi sehingga kita bisa "well informed" dan
"sound-perception"(tassawur yang tepat). Perlu juga dipertimbangkan mana yang
lebih didukung dengan kemampuan atau kafaah untuk komitmen dan konsisten dalam
opsi yang dipilih. Dan yang paling penting, pilihan mana yang lebih sesuai
dengan tabiat marhalah perjuangan dan kerja da'wah.

Sebagai gambaran, dalam dakwah kampus ada tiga arena yang dilakoni oleh struktur
dakwah kampus, yaitu arena da'awi, arena siyasi, dan akademik/profesi. Ketiga
arena tersebut merupakan peran dan fungsi mahasiswa. Kalau dilihat dari sudut
pandang individu, seorang aktivis dakwah kampus harus tawazun antara peran
da'awi, peran siyasi, dan peran akademik tersebut. Artinya, seorang aktivis
dakwah kampus, sejatinya harus memiliki kemampuan dakwah dan tarbiyah, kemampuan
mengusung perubahan di tengah-tengah masyarakat (khususnya masyarakat kampus),
tanpa mengurangi prestasi akademik. Bahkan kalau perlu justru meningkatkan
prestasi akademik, karena sejatinya dakwah itu adalah teladan.

Tapi secara kelembagaan, sebuah struktur dakwah kampus ada tahapan yang harus
dilalui dalam menyeimbangkan ketiga hal tersebut.

Tahapan pertama yang harus dilalui adalah penetrasi dalam peran da'awi, artinya
kaderisasi dan pembinaan sangat ditekankan pada sebuah struktur dakwah kampus
yang baru berdiri. Rekrutmen-rekrutmen lebih banyak dilakukan dengan dakwah
fardhiyah. Pada tahap ini, dakwah kampus juga harus berupaya memunculkan
simpatisan yang loyal terhadap personil aktivitas dakwah kampus. Fungsi
mahasiswa yang lebih diutamakan adalah fungsi da'awi, artinya mencetak
kader-kader robbani yang muntijah sangat prioritaskan di tahap ini. Sedangkan
aktivitas dakwah yang lebih diutamakan adalah aktivitas pelayanan dan aktivitas
da'awi.

Jika sudah matang, maka dakwah kampus baru bisa beranjak kepada tahap
selanjutnya. Untuk membahas mengenai hal ini, perlu kajian tersendiri. Pada
intinya, ada tahapan yang harus ditempuh untuk menuju dakwah kampus yang matang.
Dan itu tidak terlepas dari prinsip manajemen prioritas. Tahapan-tahapan
tersebut harus dipegang teguh oleh aktivis dakwah kampus dan lembaganya dalam
menjalankan roda dakwah di kampus.



.:(Prinsip Prioritas dalam Aktivitas Sehari-hari di Dakwah Kampus):.

Dalam aktivitas sehari-hari di kampus, akan ada banyak alternatif yang
terpampang di depan mata kita, yang harus dipilih dan diutamakan salah satu
diantaranya.

Sebagai gambaran, misalnya dalam hal pengelolaan isu-isu, baik itu isu di kampus
maupun eksternal kampus. Dakwah kampus harus mampu memilih isu mana yang harus
diprioritaskan. Selain itu dalam hal program kerja, biasanya ada program kerja
yang harus didahulukan dari program kerja lainnya. Hal ini berkaitan dengan
pengendalian dan pengotrolan program kerja. Dalam menetapkan program kerja juga
harus dipikirkan mengenai porsi-porsinya, porsi mana yang harus diperbesar
antara tabligh, ta'lim ataukah takwin/tarbiyah.



.:(Kendala-kendala):.

Penerapan prinsip aulawiyat bukan tanpa kendala. Ada beberapa kendala yang
menyebabkan manajemen prioritas ini menjadi kacau balau. Kendala-kendala
tersebut antara lain adanya penyakit diri, misalnya hawa nafsu yang
diperturutkan, adanya urusan duniawi yang mendominasi, atau tidak mau
mengeluarkan biaya. Kondisi kultural setempat kadangkala juga mempengaruhi hal
ini. Selain itu juga disebabkan adanya konspirasi eskternal yang menginginkan
agar cahaya dakwah ini padam.

Demikianlah kajian singkat mengenai manajemen prioritas dalam dakwah kampus.
Semoga dapat memberikan pencerahan agar dakwah kampus dapat berjalan dengan
baik.[]



*) Alumni Teknik Informatik FTI Usaki angkatan 98. Mantan Koordinator Dept
Kaderisasi UKM Hudzaifah periode 2001/2002, dan 2002/2003.

Rabu, 03 November 2010

Sebaik-Baik Umat

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) kepada yang makruf, mencegah kemungkaran, dan kamu beriman kepada Allah. (Ali Imran [3]: 110)

Menjadi juara umum (global champion) berarti menjadi orang paling berpengaruh, yang terbaik, dan memimpin dunia secara adil dan benar menurut Islam. Kaum Muslim seperti ini akan menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain.
Untuk itu, yang pertama harus ada dalam diri kaum Muslim adalah kebanggan berislam. Kita harus bangga menjadi bagian dari miliaran umat Islam dunia. Kita harus merasa mulia dengan syariah Islam. Kita memiliki izzah, harga diri. Kita tidak merasa rendah di hadapan kaum yang lain.
Kita harus merasa bangga dengan Islam karena Islam adalah ajaran agung yang sengaja diperuntukkan bagi keselamatan dan kesejahteraan manusia. Allah Yang Maha Agung telah merancang ajaran Islam untuk kemuliaan dan keagungan manusia.

Ajaran ini juga dibawa oleh manusia agung, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikenal memiliki akhlak mulia dan perilaku yang sempurna.

Islam didesain menjadi ajaran yang sempurna, komprehensif, dan meliputi apa saja. Islam merupakan ajaran yang lengkap, tak ada cela. Semua hal mengenai kehidupan manusia tidak ada yang luput dari pengaturannya.
Islam tidak saja mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tapi juga mengajarkan bagaimana cara berhubungan secara baik antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan makhluk Tuhan lainnya.
Perhatikanlah, belum pernah ada praktek toleransi yang berjalan begitu baik dan damai melebihi penerapannya saat di Cordova, Spanyol. Kala itu, golongan Kristen menikmati kebebasan beragama sepenuhnya pada pemerintahan Islam. Demikian juga golongan Yahudi. Sementara orang-orang Barat saat itu baru mengadopsi ajaran ini untuk diterapkan di negara-negara yang belum mengenal arti peradaban. Orang-orang Barat harus berterimakasih kepada Islam.

Saat dunia Barat masih gelap gulita, belum mengenal peradaban, bahkan belum mengenal mandi, Islam sudah jauh lebih maju. Saat itu, umat Islam sudah memakai sabun mandi, menggunakan parfum, bahkan sudah terbiasa dengan tradisi bersih.

Saat dunia belum mengenal sains, para ilmuwan Islam sudah banyak yang menemukan teori-teori ilmiah di bidang fisika, biologi, matematika, astronomi, geografi, dan lainnya.

Dalam hal penghormatan terhadap wanita, belum ada satu pun agama yang memberi tempat yang pas bagi wanita. Di masa jahiliyah, masyarakat Arab merasa malu dan terhina jika mempunyai anak perempuan. Ketika Islam datang, justru para perempuan diberi tempat yang mulia, dilindungi dan dihormati.
Di dunia modern sekarang ini, atas nama kebebasan dan hak asasi, justru wanita ditempatkan pada posisi yang tidak terhormat. Sebagian besar mereka dieksploitasi untuk kepentingan bisnis dan ekonomi.
Di era industri ini justru para wanita dijadikan alat atau barang industri. Ironisnya justru sebagian mereka bangga dengan perlakuan seperti itu.

Sebagai Muslim kita harus bangga dengan keislaman kita. Kebanggan itu harus kita wujudkan dalam bentuk penampilan identitas. Kita bangga memakai pakaian Muslim, karena pakaian merupakan identitas yang paling mudah dikenali.

Merasa mulia dan bangga dengan ajaran Islam menuntun kita agar senantiasa terarah dalam berpikir dan bertindak. Orang yang merasa bangga dengan syariahnya akan senantiasa menjaga dirinya tetap dalam jalur syariah tersebut. Mereka senantiasa terjaga dari segala bentuk pelanggaran. Sebab, setiap pelanggaran sekecil apa pun akan menjatuhkan harga dirinya.


sumber: Hidayatullah.or.id

Senin, 04 Oktober 2010

Keutamaan Berdzikir, Berdo’a dan Bertobat


Suatu saat, selepas shalat, Rasulullah Saw berbagi sapa dan berbincang bincang dengan para sahabat tentang pelbagai hal. Dalam perbincangan itu, Rasulullah menyampaikan keutamaan majelis dzikir, do’a dan permohonan ampun kepada Allah Swt. Selain itu, beliau juga menekankan bahwa Allah Swt boleh jadi mengabulkan do’a seorang hamba, menghindarkannya dari bencana yang belum turun, menyimpan pahala do’anya di akhirat atau menghapusnya dosa-dosanya. 

Beliau pun berceramah : 

Sesungguhnya Allah Swt memiliki beberapa malaikat yang terus menerus berkeliling mencari majelis dzikir. Ketika menemukan majelis dzikir, mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling bawah.
Ketika majelis itu usai, mereka bubar dan kemudian naik kelangit. Ketika berada dilangit, mereka ditanya oleh Allah Swt. Yang sebenarnya lebih tahu ketimbang mereka, “Kalian datang dari mana? !”
“Kami datang dari sisi para hamba-Mu di bumi yang mensucikan-Mu, mengagungkan-Mu, mengesakan-Mu, memuji-Mu, dan memohon kepada-Mu!” jawab mereka.
“Apa yang mereka minta?” tanya Allah Swt.
“Mereka memohon surga-Mu, “jawab mereka penuh takzim.
“Apakah mereka pernah melihat surga-Ku?” tanya Allah swt lebih jauh
“Tidak, wahai Tuhan,” jawab para malaikat dengan takzim. 
“Betapa seandainya mereka melihat surga-Ku?” kata Allah Swt.
“Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu, “ucap mereka tetap takzim.
“Dari apa mereka memohon perlindungan kepada-Ku?” tanya Allah Swt lagi.
“Dari Neraka-Mu, wahai Tuhan,” Jawab mereka terus dengan takzim.
“Apakah mereka melihat Neraka-Ku ?” tanya Allah Swt sekali lagi. 
“Tidak“ jawab mereka serempak.
“Betapa seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku,” kata Allah Swt.
“Mereka juga memohon Ampunan kepada-Mu, wahai Tuhan,” ucap mereka tetap dengan takzim. 
“Aku telah mengampuni mereka, memberikan apa yang mereka mohon, dan melindungi mereka dari neraka,“ jawab Allah SWT.
“Wahai Tuhan, tapi dalam majelis mereka ada seseorang yang berdosa yang hanya kebetulan lewat lantas duduk bersama mereka,” lapor mereka.
“Dia juga Kami ampuni. Sebab, orang yang mau duduk bersama mereka tidak celaka !” jawab Allah SWT.

Kamis, 30 September 2010

Makna Silaturahim


oleh: Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)



Rasulullah
SAW mengatakan dalam H.R Bukhari dan Muslim bahwa “barang siapa yang
ingin rizkinya diluaskan dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah
menghubungkan tali silaturahim.”

Istilah silaturahim di tengah-tengah masyarakat kita sering
diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling bertegur sapa,
saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun, sesungguhnya bukan
itu makna silaturahim sesungguhnya. Silaturahim bukan hanya ditandai
dengan saling berbalasan salam tangan atau memohon maaf belaka. Bila
mencermati dari asal katanya, yakni shilat atau washl, yang berarti
menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang,
maka silaturahim diartikan sebagai menghubungkan kasih sayang antar
sesama. Silaturahim juga bermakna menghubungkan mereka yang sebelumnya
terputus hubungan atau interaksi, dan memberi kepada orang yang tidak
memberi kepada kita. Contohnya adalah ketika ada salah satu pihak yang
lebih dulu menyapa saudaranya, sementara sebelumnya interaksi di antara
keduanya sedang tidak harmonis, maka dialah yang mendapat pahala lebih
besar. Dan juga silaturahim ditandai dengan hubungan dengan hati, yakni
keluasan hati. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw, bahwa
beliau bersabda, "Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang
yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu
ialah menyambungkan apa yang telah putus" (HR Bukhari).

Demikian, silaturahmi pun memiliki fadhilah yang mustajab untuk
mendatangkan kebaikan; bahkan keburukan, bila memutuskannya.
Sebagaimana disabdakan oleh Rasul saw: "Tahukah kalian tentang sesuatu
yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? 'Sesuatu
yang paling cepat mendatangkan kebaikan,' sabda Rasulullah SAW, 'adalah
balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali
silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah
balasan (siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan
tali persaudaraan" (HR Ibnu Majah).

Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa “tidak akan masuk surga
orang yang memutuskan tali silaturahim.” Sudah ada balasan dari Allah
bagi orang yang bersilaturahim yaitu surge, dan sebaliknya bagi orang
yang memutuskan tali silaturahim yaitu neraka. Begitu besarnya balasan
Allah sehingga begitu besar juga cobaan yang akan dihadapi. Dalam
cobaan tersebut, hendaknya tidak mendahulukan hawa nafsu dan dendam,
sehingga akan hilang balasan surga dari Allah.

Rasulullah SAW memberikan tips kepada kita agar terjalin saling mencintai dengan sesama muslim, yakni:
Tebarkan salamMenghubungkan tali silaturahimMemberi makan kepada yang membutuhkan.

Betapa pentingnya silaturahim dalam hubungan sesame, Rasulullah saw
berpesan “sayangilah apa yang ada di muka bumi, niscaya Allah dan
semesta alam akan menyayangimu” (H.R Tirmidzi), yang dapat diartikan
bahwa hak saling berkasih sayang dan silaturahim tidak terbatas pada
kerabat, tetapi sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari
bahwa silaturahmi tidak hanya tampilan lahiriah belaka, namun harus
melibatkan pula aspek hati. Dengan kombinasi amalan lahiriah dan amalan
hatinya, kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat silaturahmi
lebih baik. Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas
mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang kuat. Namun,
bila ada orang yang tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu
dengan sengaja kita mengunjunginya, maka inilah yang disebut
silaturahmi. Apalagi bila kita bersilaturahmi kepada orang yang
membenci kita atau seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan
kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah
silaturahmi yang sebenarnya.

Dalam sebuah hadis diungkapkan, "Maukah kalian aku tunjukkan amal
yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasul pada
para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan,
"Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang
terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah,
menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali
persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya.
Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya,
hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR Bukhari Muslim).

Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah
SWT. Dengan terhubungnya silaturahim, maka ukhuwah Islamiyah akan
terjalin dengan baik. Semoga kita bisa meraih surga Nya dengan membina
silaturahim antar sesama. 

Kamis, 23 September 2010

Indahnya Saling Memaafkan

Dalam tarikh dikemukakan perilaku dan ketinggian budi pekerti Rasulullah saw. Dalam gahzwah uhud Rasulullah mendapat luka pada muka dan juga patah beberapa buah giginya. berkatalah salah seorang sahabatnya : "Cobalah tuan doakan agar mereka celaka." Rasulullah menjawab :"Aku sekali kali tidak diutus untuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan sebagai rahmat. Lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah Yang Maha Mulia dan berdoa : "Allahummaghfir liqaumi fa innahum la ya’ lamun " Ya Allah ampunikah kaumku , karena mereka tidak mengetahui ."
  
Rasulullah tidak berniat membalas dendam, tapi malah memaafkan mereka dan kemudian dengan rasa kasih sayang beliau mendoakan agar mereka diberi ampunan Allah, karena dianggapnya mereka masih belum tahu tujuan ajakan baik yang dilakukannya.

dalam ghazwah uhud itu juga, seorang budak hitam bernama Wahsyi yang dijanjikan oleh tuannya untuk  dimerdekakan bila dapat membunuh paman Nabi bernama Hamzah bin Abdul Muththalib r.a , ternyata ia berhasil membunuh hamzah dan ia dimerdekakan. kemudian ia masuk Islam dan menghadap kepada Nabi Saw.

Wahsyi menceritakan peristiwa pembunuhan Hamzah. walaupun Nabi Saw telah menguasai Wahsyi dan dapat melakukan pembalasan, namun tidak melakukannya bahkan memaafkannya. alangkah tingginya akhlak ini.

Selanjutnya kita lihat dalam Ghazwah Khaibar (Perkampungan yahudi), Zainab binti al-harits, istri Salam bin Misykam, salah seorang pemimpin yahudi berhasil memperoleh hadiah karena dapat membubuhkan racun pada panggang paha kambing yang disajikan kepara Rasulullah saw, Rasulullah saw makan bersama Bisyr  bin Bara bin ma rur. Bisyr sempat menelan daging beracun itu, tetapi Nabi Saw baru sampai mengunyahnya, lalu dimuntahkannya kembali sambil berkata :" Daging ini memberitakan kepadaku bahwa dia beracun." beberapa hari kemudian Bisyr meninggal dunia. Nabi saw memanggil Wanita yahudi yang terkutuk itu dan bertanya kepadanya :" Mengapa engkau sampai hati melakukan peracunan itu." Wanita itu menjawab :" kiranya tiada tersembunyi hasrat kaumku untuk membunuh tuan, sekiranya tuan seorang raja tentu akan mati karena racun itu dan kami akan merasa senang. tetapi jika tuan seorang nabi, tentu tuan akan diberitahu oleh Allah bahwa daging itu mengandung racun. nyatanya tuan adalah seorang Nabi."

Saudaraku... apa yang dilakukan Nabi terhadap wanita itu, padahal beliau sudah menguasainya ? wanita itu kontan dimaafkan dan dilepaskannya. sekarang apa yang kita lakukan jika hal itu terjadi pada kita ? jangankan masalah yang menyangkut nyawa, perkara sepelepun kadang kita sangat susah untuk memaafkan.........

Peristiwa lain yang terkenal yang dapat kita ambil sebagai pelajaran adalah peristiwa Du tsur, dimana seorang arab kafir namanya Du tsur mendapat Rasulullah saw sedang tidur tengah hari di bawah pohon yang rindang. Lalu Du tsur mengambil pedang Nabi saw serta menghunusnya sambil mengancamkannya kepada beliau, dengan ucapan :" Siapa yang dapat membelamu daripadaku sekarang ini ?" dengan tegas Nabi menjawab :" Allah". orang itu pun gemetar , sehingga pedang yang ada ditangannya terjatuh. segera dipungut oleh Nabi dan mengancamkannya kembali kepada Du tsur :" siapa yang akan membelamu daripadaku ini ?" Du tsur menjawab :" tidak seorangpun."

Saudaraku.... apa yang dilakukan oleh Nabi saw  ? ternyata otang itu dimaafkannya.

Du tsur pulang kedesanya dan menceritakan peristiwa tersebut kepada kaumnya bahwa ia semestinya sudah mati, tetapi ternyata Muhammad adalah orang yang berbudi luhur. Du tsur mengajak kaumnya masuk islam. itulah hasil budi pekerti yang tinggi , suka memaafkan ketika berkuasa.

Saudaraku.... rasanya tak ada satu kaum yang lebih memusuhi Nabi Saw, daripada kaum Quraisy kuffar makkah yang terkenal itu. mereka memusuhi Nabi dan Kaum Muslimin sejadi jadinya. mereka pernah memukul, melecut, membakar dengan besi panas, menjemur dibawah terik matahari, menindih dengan batu besar, melempar dengan kotorran kotoran binatang. malah pernah meletakkan kepada unta pada kuduk Nabi ketika Nabi sedang sujud dan berbagai rencana untuk membunuh Rasulullah saw.

Setelah Rasulullah saw dan Kaum Muslimin berhasil membebaskan kota mekkah (Fathu makkah) dan setelah kaum kuffar dapat dikuasai sepenuhnya oleh Nabi, mereka dikumpulkan dihadapan beliau. bukan untuk menerima balas dendam akan tetapi untuk menerima pengampunan. subhanallah....

 Aqulu kama qola akhi yusuf : la tasyriba alaykumulyauma yaghfirullahu wahuwa arhamurrahimin :" Aku berkata seperti yang dikatakan oleh saudaraku yusuf :" Mulai hari ini tidak ada cerca dan nista atas perbuatan yang telah kalian lakukan. Allah mengampuni kalian dan Dia Yang Maha Pengasih dan Penyayang."

setelah mendengar ucapan beliau , mereka bubar dengan perasaan lega hati. hasil dari akhlak  Rasulullah yang tinggi ini berduyun duyunlah mereka memeluk Agama Islam yang tadinya mati matian memusuhinya.

 "Balasan perbuatan jahat adalah kejahatan yang seimbang dengannya. barangsiapa yang memaafkan dan berlaku damai , pahalanya ada ditangan Allah" (Q.S 42;40)

" Memaafkan itu lebih mendekatkan kepada taqwa. " (QS. 2 ; 237)

" Dan hendaklah mereka suka memaafkan dan mengampuni. apakah kalian tidak suka Allah mengampuni kalian ? " (QS. 24 ; 22)

" maafkanlah mereka dan mintakanlah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (keduniaan). " (QS 3 ; 159)

" Ambillah jalan maaf, dan ajaklah dengan cara yang lemah lembut dan berpalinglah dari orang  orang yang jahil." (QS. 7 ; 199)

"..... dan orang - orang yang dapat menahan meluapnya kemarahan dan yang suka memaafkan orang lain dan Allah mencintai orang - orang yang berbuat baik." (QD 3 ; 134)

didalam hadist Nabi saw terdapat juga penjelasan tentang sifat memaafkan ini. antara lain saya kutipkan  artinya sebagai berikut :

" Barangsiapa yang dapat menahan luapan kemarahan, sedang ia berkuasa dan sanggup melampiaskan niscaya Allah memanggilnya pada hari kiamat dihadapan khalayak ramai untuk memilih bidadari yang dikehendaki." (subhanallah.... siapa yang tidak menginginkan hal ini berlaku pada dirinya..... memilih bidadari yang dikehendakinya. Allahu Akbar !!!)

" seorang muslim apabila disaat bergaul dengan orang banyak dan dapat bersabar (Suka memaafkan) atas gangguan mereka lebih baik dari muslim yang tidak suka bergaul dan tidak sabar atas ngangguan mereka."

" Allah pasti meningkatkan kemuliaan seseorang karena sifat pemaafnya."

baiklah.. sekarang mari saya postingkan satu cerita yang berhubungan dengan sifat pemaaf  dan saya yakin saudara saudariku juga pernah bahkan mungkin sering membaca cerita ini......................

Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir :HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU. Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya.

Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu:HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU. Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?" Temannya sambil tersenyum menjawab,"Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin MAAF datang menghembus dan menghapuskan tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak mudah hilang ditiup angin."

Saudara/i ku ......Cerita di atas, bagaimanapun tentu saja lebih mudah dibaca dihayati. Begitu mudahnya kita memutuskan sebuah persahabatan hanya  kerana sakit hati atas sebuah perbuatan atau perkataan yang menurut kita keterlaluan hingga menyakiti hati kita. Sakit hati lebih mudah untuk diingati berbanding begitu banyak kebaikan yang dilakukan. Mungkin ini memang sebahagian dari sifat buruk diri kita.

Karena itu, seseorang pernah memberitahu saya  apa yang harus saya lakukan ketika saya sakit hati. Beliau mengatakan ketika sakit hati yang paling penting adalah melihat adakah orang yang menyakiti hati kita itu telah kita sakiti terlebih dahulu.
  
Saudara/i ku....... Bukankah sudah menjadi kebiasaan sifat manusia untuk membalas dendam? Maka biasanya bila kita telah melukai hatinya terlebih dahulu dan dia juga menginginkan kita merasai sakit yang sama seperti yang dia rasakan. Boleh jadi juga sakit hati kita kerana kesalahan kita sendiri yang salah dalam menafsirkan perkataan atau perbuatan teman kita. Oleh itu, kita akan mudah  tersinggung oleh perkataan sahabat kita yang dimaksudkannya sebagai gurauan.

Namun demikian, orang yang bijak akan selalu menerapkan dalam dirinya dalam hatinya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan saudaranya yang lain. walaupun  ini sangat berat untuk dilakukan. tapi kembali dari itu semua mari kita berkaca kepada akhlak panutan kita Rasulullah saw. Mari kita “menyerahkan sakit itu kepada Allah - yang begitu jelas dan pasti mengetahui nya. seperti Rasulullah yang mendoakan kebaikan buat orang yang telah menyakiti dan memusuhi beliau.  "Ya Allah, balaslah kebaikan siapapun yang telah diberikannya kepada kami dengan balasan yang jauh dari yang mereka bayangkan. Ya Allah, ampuni kesalahan-kesalahan saudara-saudara kami yang pernah menyakiti hati kami karena mereka tidak mengetahuinya.

saudara/i ku..... Rasulullah bersabda kepada Uqbah bin Amir r.a : Wahai Uqbah ! maukah engkau ku beritahukan budi pekerti ahli dunia dan akhirat yang paling utama ? yaitu : melakukan shilaturahim (Menghubungkan kekeluargaan dengan orang yang telah memutuskannya), memberi pada orang yang tidak memberimu, dan memaafkan orang yang pernah menganiayamu." (ihya ulumuddin)

dalam hadist lain disebutkan : " Ada tiga hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya, ditaburi rahmat-Nya dan dimasukkan-Nya kedalam surga-Nya yaitu : apabila diberi ia berterima kasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan, dan apabila marah ia menahan diri (tak jadi marah) ." (R. Hakim dan ibnu hibban dari Ibnu abbas dalam Min Akhlaqin Nabi)

Saudaraku... memaafkan itu indah ..... tetapi meminta maaf itu lebih indah............

ya Allah.... Karunianilah kami sifat pemaaf, pengampun dan lapang dada. ya Allah... jadikanlah kami orang yang dapat menahan meluapnya kemarahan dan orang yang suka memaafkan orang lain. amin Allahuma Amin.

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, "Tidak halal seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Barangsiapa memutuskan hubungan lebih dari tiga hari dan meninggal, maka ia masuk neraka." (HR. AbuDawud).
Dari Abu Khirasy Al-Aslami ra., Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa memutuskan hubungan dengan saudaranya selama setahun maka ia seperti mengalirkan darahnya." (HR. Bukhari).

 Cukup buruklah perilaku memutuskan hubungan ini, oleh karenanya Allah Swt. menolak memberikan ampunan kepada pelakunya.

 Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, "Semua amal manusia diperlihatkan (kepada Allah) pada setiap Jumat (setiap pekan) dua kali; hari Senin dan hari Kamis. Maka setiap hamba yang beriman diampuni (dosanya) kecuali hamba yang di antara dirinya dengan saudaranya ada permusuhan. Difirmankan kepada malaikat, 'Tinggalkanlah atau tangguhkanlah (pengampunan untuk) dua orang ini, sehingga keduanya kembali berdamai.'" (HR. Muslim)

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid berpendapat, "Jika salah seorang dari keduanya bertaubat kepada Allah, ia harus bersilaturrahim kepada kawannya dan kemudian memberi salam. Jika ia telah melakukannya tetapi sang kawan menolak, maka ia telah lepas dari tanggungan dosa. Adapun kawannya yang menolak damai, maka dosa ini tetap ada padanya."

 Dari Ayyub ra., Rasulullah saw. bersabda, "Tidak halal bagi seorang laki-laki memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Saling berpapasan tapi yang ini membuang muka dan yang itu (juga) membuang muka. Yang terbaik di antara keduanya yaitu yang memulai salam." (HR. Bukhari)

SUBHANALLAH....

INDAHNYA saling MEMAAFKAN ^_^


(Source: FB Renna Kembali Menulis)