Da’wah thulabi atau lebih spesifik dakwah kampus adalah bagian integral dari da’wah Islam secara umum. Tujuannya pun sejalan dengan tujuan da’wah Islam. Mengembalikan peran umat sebagai guru dunia dan mercusuar peradaban umat manusia sehingga Islam menjadi Rahmatan Lil-‘Alamin. Maka da’wah thulabi mampu menjadi sarana yang memberikan kontribusi signifikan dalam agenda da’wah ‘alami, yaitu sebagai lingkaran awal pembentukan masyarakat Islami.
Dalam perjalanannya, dakwah kampus membutuhkan sinersitas antar elemen-elemen penyusunnya. Sinergitas yang dibutuhkan dakwah kampus ini begitu kompleks, mulai dari sinergitas sumber daya manusia sebagai aset terbesar dakwah hingga sinergitas arah gerak elemen dakwah kampus. Sinergitas ini mutlak dibutuhkan. Tanpanya, dakwah kampus akan kehilangan arah yang nantinya akan menghilangkan eksistensi dakwah kampus itu sendiri. Setidaknya ada dua ranah sentral yang harus disinergiskan: struktural dan fungsional.
Secara struktural, bagaimana ada sebuah pola komunikasi dan koordinasi yang optimal antara Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) atau bahkan dengan Lembaga Dakwah Jurusan atau Prodi jika ada. Bagaimana pula LDK benar-benar berfungsi sebagaimana idealnya sebagai pemimpin atau qiyadah bagi LDF. Dalam bahasa yang lebih mudah bagaimana sinergitas yang ada benar-benar mampu memposisikan LDK sebagai payung LDF yang mengayomi seluruh LDF di bawahnya.
Secara fungsional, setidaknya ada tiga fungsi startegis yang diprioritaskan untuk disinergiskan antara LDK dan LDF: kaderisasi, syi’ar, dan jaringan. Kader sebagai aset terbesar dalam dakwah kampus selayaknya butuh perhatian yang lebih. Sebesar apapun peluang dan aset yang dimiliki oleh dakwah kampus maka tanpa adanya kader sebagai penggerak maka itu adalah kesia-siaan. Sebagaimana pada setiap fase dakwahnya, Rasulullah selalu menomorwahidkan aspek manusia sebagai basis utama dakwah. Oleh karena itu, pengelolaan kader dan kaderisasi adalah kunci terpenting akan keberhasilan dahwah kampus. Oleh karena itu sinergitas yang ada mampu menghasilkan kader yang mampu mencapai standar mutu kader yang telah terstandardisasi dan setiap lembaga mampu melakukan alur formal kaderisasi dengan muatan dan materi yang terstandardisasi pula. Selain itu dengan adanya sinergitas, pengelolan kader irisan dan transfer kader mampu berjalan dengan optimal.
Sementara itu syiar merupakan pintu utama bagi tiga jalan besar. Pertama, syiar adalah pintu masuk bagi kederisasi. Syi’ar lah metode utama rekrutmen kader. Kedua, dengan adanya syi’ar Islam diharapkan adanya perbaikan kondisi kampus agar bi’ah Islam semakin kental. Yang terakhir, syiar adalah pintu bagi amalkhidamy atau pelayanan. Melalui syi’ar yang ad, kita juga melakukan fungsi pelayanan bagi muat manusia secara keseluruhan.Oleh karena itu, dengan adanya sinergitas syiar mampu melakukan pengelolaan syi’ar-syi’ar Islami yang masif dan optimal dengan berlandaskan standar kualifikasi syi’ar. Selain itu, bagaiamana mampu mengelola isu-isu kontemporer strategis sehingga LDK dan LDF mampu menjadi issue maker di kampu.
Kedua hal diatas (kaderisasi dan syiar) akan dilengkapi dengan fungsi jaringan yang akan semakin membukakan jalan bagi dua fungsi tersebut agar dakwah lebih berkembang. Oleh karena itu, dengan adanya sinergitas fungsi jaringan, LDK dan LDF mampu mengefektifkan pengelolaan jaringan-jaringan yang ada di masing-masing lembaga. Dan juga, LDK dan LDF mampu menjadi inisiator bagi tercipta dan berjalan efektifnya jaringan mihani atau keprofesian pada ranah nusantara.
Pertanyaannya, apakah ini adalah suatu yang mustahil. Jawabannya adanya tidak. Butuh konsesus bersama yang diwarnai dengan keikhlasan masing-masing lembaga untuk sama-sama bersinergis satu dengan lainnya. Ego lembaga harus diminimalisir. Maka komunikasi adalah kunci itu semua. Butuh pemahaman dari masing-masing lembaga dan kader tiap lembaga untuk memulai sesuatu yang kita sebut dia sebagai sinergitas dakwah kampus.
Koordinator Jaringan Khusus Kaderisasi FSLDIK UGM 1430 H